Hidup selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Tapi aku tak mampu lagi memilih diantara sekian pilihan. Awal dan akhir. Kecuali dirimu, perempuan terakhir.Â
Diantara pilihan-pilihan, yang akhir adalah awal. Yang awal adalah akhir. Tapi dirimu bukan untuk diperhadap-hadapkan. Engkau adalah yang terakhir pada akhir penantian. Perempuan terakhir. Aku memilihmu.Â
Tak ada lagi sesudahnya. Sebab yang terakhir pada akhir adalah selamanya. Ku kenang dalam penantian. Ku nanti dalam kenangan. Kenangan dan penantian adalah perkara yang tak mampu kuhindari. Aku memilihmu sebagai kenangan. Juga penantian panjang tanpa akhir. Perempuan terakhir.Â
Aku menantimu dalam kenangan. Meski hanya lamunan. Sebab kenangan takada lagi kecuali penantian. Aku mengenangmu dalam penantian. Sebab engkau selalu ada dalam angan. Seperti pada awal perjumpaan. Meski selalu saja samar dalam bayangan.Â
Perempuan terakhir. Dalam penantian, kenangan dan bayangan yang samar. Tapi engkau tetaplah perempuan terakhir. Takada lagi sesudahnya. Aku hanya ingin kembali. Meski tetap kembali ke angan. Â
***
Salam hangatÂ
Mas Han. Manado, 11 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H