"Bunda, aku sudah kirim honorku ya, coba di chek".
"Peluk cium dari papa buat anak-anak ya"
"Aku sebenarnya mau video call sama anak-anak. Tapi kalau sudah tidur ya sudah, besok lagi, jangan dibangunin, kasihan mereka".Â
Mendengar percakapan itu saya bisa mengambil kesimpulan. Jarno sudah berkeluarga dan sepertinya seorang ayah yang baik dan suami yang setia.Â
Setiap malam, Jarno selalu menelpon seseorang. Sepertinya selalu saja wanita. Tetapi saya yang selalu mendengar percakapan Jarno di telpon itu merasa ada yang aneh.Â
"Sayang, aku sudah kirim uang buat anak-anakmu. Belikan lah yang mereka minta. Kasihan anak-anakmu. Sudah lama mereka minta khan?"
"Mantan suami, ayah anak-anakmu masih ngirim uang?"
" Tidak pernah? Memang keterlaluan. Ya sudah aku dah kirim tuh, pakai saja untuk keperluan anak-anakmu"
Begitu kata Jarno bicara dengan seseorang di telpon itu. Saya pastikan, malam itu Jarno menelpon seorang wanita yang lain. Jelas bukan istrinya, yang malam sebelumnya saya dengar.Â
Tapi saya masih diam-diam saja. Walaupun sebenarnya kepo sangat ingin tahu. Dua malam berturut-turut Jarno menelpon dua orang wanita yang berbeda.Â
Yang pertama malam kemarin itu, saya yakin istrinya. Tapi yang semalam saya yakin wanita lain. Gila!! Jago bener si Jarno. Pikirku