Aku berbincang dengan malam
Tanpa meramaikan tubuhnya yang sunyi
Adalah menghanyutkan diri. Dalam pikiran sepi
Mengisi relung-relung yang dalam
sudut hati yang terpasung lengang
Aku berbincang dengan malam
Membisikkan angan. Dalam lamunan
Merenungi perjalanan waktu. Semakin beku
Lalu menata tumpukan resah
pada malam kemarin yang basah.
Oleh deras hujan dari pelupuk mata
Aku bercengkrama dengan malam
Memulai percakapan tentang kelam.
Gulita yang merindukan kunang-kunang.
Semakin malam, menjauh dan hilang.
Malam yang melewatkan terang.
Dari ramai kerlip tubuhnya
Aku bercengkerama dengan malam
Sambil sesekali menengok rimbun belantara
Melihat rindang pohon semakin menghitam
menyembunyikan gurat tubuhnya. Semakin gelap
Menghapus jejak hujan di dahan dan dedaunan
Dan semua aura yang menggelisahkan
Berbincang dengan malam. Lalu berbisik
dengan hatinya sendiri. Ke mana jalan sunyi
Malam menjelaga alam. Lalu kita bertanya padanya
Ke mana jalan menemukan cahaya dan terang
yang tenang?
Kemudian, aku hanya mampu tertunduk
memandang wajah sendiri dalam kemilau
telaga yang memantulkan rembulan
Aku terkesima. Malam selalu purnama
Di langit selalu ada cahaya
***
Mas Han. Manado menjelang pagi 29 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H