Bersiaplah wahai para peneliti arkeologi, memasuki dunia riset yang sesungguhnya.Â
Riset Arkeologi, Isu Besar Kebudayaan dan Pembangunanisme
Riset arkeologi dituntut mampu menangkap isu-isu besar kebudayaan melalui sebaran artefak-artefak budaya yang berserak. Baik di permukaan tanah, maupun di bawah tanah, ataupun di bawah air.
Sudah puluhan tahun, atau bahkan lebih, kita sudah berkecimpung di dunia penelitian arkeologi. Namun, rasanya kita belum beranjak pada isu-isu kebudayaan yang kelampauan belaka.Â
Sepanjang karir saya sebagai peneliti, juga dengan melihat dan mempelajari berbagai hasil riset arkeologi, rasa-rasanya belum puas melihatnya.
Kita masih berkutat pada upaya-upaya rekonstruksi masa lalu saja. Namun bagaimana hasil riset arkeologi dapat mengkonstruksi masa depan, masih belum beranjak, masih tertinggal. Saya menuliskan di Kompasiana ini, bahwa arkeologi tidak hanya merekonstruksi masa lalu, namun juga mengkonstruksi masa depan.Â
Kita masih asyik bernostalgia ke masa lalu terus. Meskipun apa yang kita lakukan sebagai peneliti, tentu dalam rangka mengungkap identitas, jati diri bangsa.Â
Namun, masa lalu yang kita gali, rasanya belum cukup menjadi modal kultural untuk membangun bangsa. Konsep pembangunanisme bangsa kita, sepertinya belum memiliki basis kebudayaan yang mapan untuk menjadi salah satu pijakan dalam membangun arah masa depan bangsa.Â
Sebagai peneliti arkeologi, saya mengetahui bahwa banyak pakar-pakar arkeologi Indonesia, yang mumpuni dan populer di bidangnya. Piawai memainkan isu kebudayaan untuk mengungkap berbagai aspek masa lalu dalam penelitiannya.
Namun, saya melihatnya masih dalam kerangka riset arkeologi untuk mengungkap masa lalu, hal ihwal kebudayaan nusantara pada masa lampau.Â