Masa kecil adalah masa yang sangat menyenangkan, juga tak terlupakan. Di sebuah desa, di Jawa Tengah, yakni desa Kledung Kradenan, Kabupaten Purworejo, saya menghabiskan masa kecil saya. Setidaknya ingatan zaman sebelum sekolah, lalu masuk SD dan SMP, masing teringat, meskipun beberapa peristiwa tentu sudah lupa.Â
Namun, masa-masa puasa di bulan ramadhan, selalu saja teringat dan terngiang, karena ada saja tingkah laku yang menggelikan masa kanak-kanak. Apalagi model anak bandel dan tengil seperti saya di masa kanak-kanak dulu.Â
Saya ingat sekali saya dan beberapa sepupu saya, yang tinggal sekampung dan berumur sebaya, seringkali bermain bersama. Anak-anak desa, pada umumnya bermain bersama sepulang sekolah. Â
Tapi saya kecil, lebih suka dan lebih akrab dengan sepupu-sepupu saya yang sebaya. Juga di sekolah yang sama. Hampir setiap hari kami pulang sekolah bersama, apalagi rumah kami berdekatan, hanya berbatas dinding saja.Â
Masa kanak-kanak dulu adalah masa yang paling menyenangkan. Canda, sendau gurau penuh keakraban dengan saudara sepupu tak pernah berjarak. Kebiasaan bersama, bermain bersama, sehingga tingkah laku juga hampir sama.Â
Salah satu hobi kami adalah adus kali, atau mandi di kali. Kebiasaan yang sering kami lakukan usai pulang sekolah, hampir tiap hari dari siang hingga sore hari.Â
Yang menggelikan, kebiasaan mandi di kali justru lebih sering dilakukan saat bulan puasa ramadhan tiba. Selama sebulan penuh kami bertiga saudara sepupu, saya sebut saja namanya Herman (kini, 48Th), Heri (kini, 43th) dan Wuri, saya sendiri (kini, 45 th) setiap hari mandi di kali usai pulang sekolah.Â
Kami bersepupu banyak, tapi kami bertiga yang paling sering jalan dan bermain bareng, juga adus kali bareng. Meskipun puasa, kami yang waktu itu, Herman (Kelas 4 SD), Wuri (kelas 4 SD) dan Heri (Kelas, 3 SD) selalu bisa bertahan sampai sore.Â
Herman yang paling tua di antara kami, tapi saya dan Herman sekelas bareng, karena Herman pernah tinggal kelas saat kelas satu SD. Herman, karena yang paling tua, dia yang paling sering mengajak kami untuk mandi di kali.Â
Suatu ketika, dalam ingatan yang masih tersimpan, pada hari kelima puasa, Herman mengajak kami mandi di kali. Pulang sekolah, sekitar jam 11 siang, kami tidak langsung pulang ke rumah. Kami justru mandi di kali, yang terletak di sekitar persawahan di belakang desa. Tak begitu jauh dari desa kami.Â
Suasana ramadhan masa kecil itu seketika seperti sangat menyenangkan dan juga menyegarkan, hehehe. Mandi di kali di musim kemarau, merupakan hobi dan kesenangan yang luar biasa. Air kali yang jernih membuat kami sangat betah.Â
Kami bertiga langsung nyemplung, begitu sampai di sungai yang airnya sangat jernih itu. Kami berendam berlama-lama. Lagi-lagi Herman, yang paling tua diantara kami, provokasi untuk menyelam. Kamipun menyelam.Â
Saya sendiri ikut menyelam. Namun, tiba-tiba saat menyelam, Â tanpa sengaja saya menelan air sungai itu. Segar sekali rasanya, apalagi di hari puasa dan suasana siang yang terik. Segar sekali rasanya. Â Dan air sungai atau air kali itu begitu jernihnya, segar dan dingin.Â
Akhirnya yang awalnya tidak sengaja, akhirnya saya menyelam lagi dan sengaja menyelam untuk minum air sungai yang jernih, segar dan dingin itu. Setelah puas menyelam dan minum air sungai itu, sayapun beritahu kepada dua sepupu saya itu, kalau saya minum air sungai waktu menyelam tadi.
Dua orang sepupu saya itupun meniru perbuatan saya. Sejak itu, sejak setelah lima hari puasa, puasa kami tidak pernah putus, selalu bertahan hingga bedug maghrib. Maklum, saat itu kami baru belajar puasa, dan lima hari sebelumnya sebelum mandi dan menyelam di sungai, puasa kami hanya setengah hari.Â
Namun sejak mandi dikali setelah lima hari puasa, dan kami menyelam, akhirnya sejak saat itu kami selalu bisa bertahan puasa sampai bedug maghrib. Jadi, pengalaman masa kecil itu menjadi pengalaman berharga pula, bahwa adus kali, mandi di sungai itu, sambil menyelam minum air.Â
Pengalaman masa kecil itu sangat berharga. Suasana ramadhan masa kecil penuh hikmah. Sejak saat itu, kami dan khususnya saya, yang saat itu baru belajar untuk berpuasa, meskipun sudah kelas 4 SD dapat mengambil hikmah.Â
Menjalani suatu kewajibab, harus dilalui dengan cara mudah terlebih dahulu. Belajar bertanggungjawab, memenuhi kewajiban dengan cara mudah dan gembira. Saat itu kami belajar puasa, tidak ada kata terlambat untuk mengenal dan belajar, meskipun sudah kelas 4 SD atau sudah berumur 10 tahun.Â
Lalu masak kanak-kanak yang tengil dan bandel, untuk belajar puasa saja pakai cara tengil dan bandel, puasa sehari full bisa bertahan, tapi dengan setiap hari kebiasaan mandi di kali, adus kali dan saat mandi di kali, sambil menyelam minum air. Pantesan, puasanya tahan.Â
Mohon maaf ini hanya menceritakan pengalaman kenakalan dan ketengilan kami saat masih kanak-kanak belajar puasa di bulan suci ramadhan. Suasana ramadhan masa kecil adalah pelajaran dan hikmahnya yang bisa dipetik. Itu saja. Belajarlah dari pengalaman, sehingga kita bisa bijaksana.Â
Semoga bermanfaat. Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan..Â
Salam hormat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H