Peneliti yang baik adalah juga penulis yang baik
Demikian pernah saya katakan dalam sebuah sambutan di sebuah pertemuan internal peneliti, juga dengan beberapa instansi kebudayaan yang terkait. Juga pernah saya sampaikan dalam sebuah tulisan di kompasiana.Â
Sebagai arkeolog peneliti, tentu selain bekerja sebagai peneliti, juga sebagai penulis. Pekerjaan menulis adalah kerja sampingan peneliti yang wajib dilakukan.Â
Para arkeolog, peneliti arkeologi adalah para peneliti yang pekerjaan rutin sehari-harinya adalah melakukan penelitian arkeologi. Namun di samping itu, pekerjaan mempublikasikan hasil penelitian adalah kewajiban moral sekaligus tuntutan karir peneliti.Â
Pekerjaan sebuah penelitian, belum selesai jika kita belum mempublikasikannya. Mempublikasikan sebuah hasil penelitian adalah salah satunya, dan justru yang utama bagi karir peneliti adalah mempublikasikannya dalam karya tulis ilmiah.Â
Jadi menulis atau menjadi penulis adalah pekerjaan sampingan yang wajib dilakukan oleh peneliti. Pekerjaan yang seharusnya melekat, menjadi passion dan agenda rutin peneliti.Â
Namun, sebuah ironi ketika peneliti tidak melakukan kerja sampingan sebagai penulis atau lebih spesifik penulis buku atau jurnal ilmiah.Â
Menulis bagi peneliti semestinya sudah menjadi bagian gaya hidup, karena menulis adalah pekerjaan lanjutan dari karirnya sebagai peneliti.Â
Menulis adalah tindak lanjut dan bagian dari proses kerja penelitian. Penelitian belum bisa dikatakan selesai, jika peneliti belum mempublikasikannya melalui karya tulis ilmiah.Â
Tanggung jawab peneliti adalah menulis karya tulis ilmiah. Tanggung jawab sekaligus tuntutan karir. Kenaikan pangkat seorang peneliti ditentukan seberapa banyak jumlah karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikannya.Â