Jika kita mampu menghadirkan good mood, maka otomatis kita terhindar dari bad mood, yang menghambat ide dan karya.
Lalu, bagaimana menghadirkan good mood agar senantiasa bisa mengalirkan tulisan? Saya mencobanya merangkum sebagai berikut:Â
Pertama, rasakan menulis itu sebagai hiburanÂ
Pada saat awal-awal pandemi, beberapa bulan lamanya, saya hampir tidak pernah keluar rumah. Namun saya betah, karena apa? karena saya tetap terhibur, dengan menghabiskan waktu setiap hari untuk menulis.
Kalau sahabat menganggap bahwa menulis itu hobi. Semestinya, menulis itu menghibur dan menyenangkan. Karena menulis itu menghibur dan menyenangkan, pasti akan selalu dikerjakan atau dilakukan.Â
Tidak mungkin sesuatu yang menghibur atau menyenangkan, tidak ingin sahabat lakukan. Justru anomali, jika sahabat mengaku hobi menulis, tapi tidak melakukannya atau jarang melakukannya.Â
Jadi ketika kita dalam suasana galau misalnya, kita justru melarikannya dengan menulis, karena dengan menulis kita menjadi terhibur. Suasana galau pun diharapkan kabur, terhapus sejenak karena menulis adalah 'pelarian'.
Bisa jadi dengan cara ini, sahabat berpikir kita bukanlah penulis produktif, karena kita menulis hanya saat kita merasa galau. Karena pelarian menulis untuk menghibur diri. Dalam suasana nyaman, kita tidak perlu menulis.Â
Lha kok malah terbalik ya. Ya, enggak juga. Saya katakan, menulis itu hiburan, 'pelarian' ketika hati galau. Nah, pada saat hati nyaman-nyaman saja, khan kita juga tetap menulis, bahkan mungkin bisa lebih produktif lagi. Â
Jadi menciptakan mood menulis, dengan menganggap menulis itu hiburan, adalah 'pelarian' saat hati galau dan menulis menjadi spirit atau semangat pada saat suasana hati nyaman-nyaman saja.Â
Dengan demikian, kedua hal yang bertolak belakang itu tidak menghalangi produktivitas kita dalam menulis. Dengan demikian, menulis dapat dikerjakan dalam suasana hati apapun.Â