Pada intinya, kita memang dihadapkan pada tantangan yang berat. Di satu sisi transfer teknologi adalah proses dinamis yang sedemikian gencar terjadi, secara alamiah itu berlangsung dan harus kita terima.Â
Namun, perkembangan teknologi pula, berbagai budaya bangsa luar, tanpa kita bisa cegah dapat masuk dalam ruang kebudayaan kita. Teknologi tak ada lagi batasan ruang dan waktu.Â
Pada saat yang sama, fenomena budaya asing, bisa kita saksikan, tanpa membutuhkan proses panjang untuk sampai pada penglihatan mata dan pikiran kita.Â
Sekali klik, semua dapat terlihat. Demikian juga, semua itu juga bisa diterima dan dilihat langsung oleh anak-anak kita. Setiap detik, menit, jam, hari.Â
Pokoknya setiap saat. Kondisi demikian, jika berlangsung dalam waktu yang panjang, intensif atau setiap saat anak-anak kita bisa melihatnya, itu akan mempengaruhi cara berpikir anak kita.Â
Pengalaman sederhana yang saya alami, suatu ketika di dalam pesawat di atas ketinggian 36 ribu kaki, ada seorang anak gadis menyalakan gadget-nya, di situ dia menonton, dancer K-Pop.Â
Sepanjang perjalanan di udara, anak gadis itu tak henti-hentinya menirukan gaya dancer K-Pop itu. Sementara orangtuanya membaca majalah ataupun juga duduk tenang.Â
Kondisi itu bisa jadi biasa saja bagi mata orang lain. Namun, mata saya menangkap, bahwa begitu tingginya pengaruh K-Pop mempengaruhi gaya hidup anak-anak kita, hari-hari ini.Â
Begitu pula, segala bentuk varian video yang tampil di TikTok, yang disebarkan lewat berbagai akun Instagram, demikian pesatnya, kadangkala, tanpa kita sadari, kondisi itu sedemikian masifnya, tanpa kita pahami, gejala budaya baru telah terjadi. Budaya baru, yang sebenarnya terlepas konteksnya dengan kebudayaan leluhur kita.Â
Kita sebenarnya memahami, kecanggihan teknologi sebenarnya alat belaka. Jika kita lebih cerdas memanfaatkan peluang, justru kecanggihan teknologi itu bisa kita manfaatkan untuk menyebarluaskan informasi pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan dalam rangka pencerdasan anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa.Â
Namun, kita rupayanya kuwalahan memahami itu, sehingga tidak siap siaga menyematkan filter, sehingga kecanggihan teknologi itu tidak sekedar aplikasi yang hanya kita nikamti konten-kontennya, tapi lebih besar seharusnya kita manfaatkan untuk menyebarluaskan konten pendidikan, pengetahuan, kebudayaan dalam rangka pencerdasan dan penguatan karakter anak-anak kita.Â