Menatap wajahmu di balik kaca yang menyimpan sirna
Berbicara tentang rasa namun tanpa jiwa berswara
Merindu hadirmu adalah laksana menangkap bayangan rupa
Hampa dan tak tersentuh bagaikan menangkap angin buritan
Bagaikan memimpikan peri yang menari-nari di awan
Lalu gelisah, hanya suara ratapan yang mendesah
Dan harapan adalah kesia-siaan
Kemudian sirna menunggui pertemuan
Seperti janji yang menyimpan tiupan juga tipuan Â
Aku seperti menatap ke dasar telaga
Air yang bening namun hening
juga gelap dalam kilau yang mengacau
Melihatmu sama juga aku dalam rupa kesendirian
Juga keterasingan dalam hiruk pikuk keramaian
Hanya menyisakan penyesalan yang tak tergantikan
Menatap wajahmu di balik kaca adalah keterasingan
Yang dirupakan oleh janji-janji rindu yang semu
Bayangan wajah yang tak menjelaskan kepastian
Kecuali hanya angan-angan jiwa kesenderian
Menunggui benih cinta yang tak jua tumbuh
Lalu mati perlahan karena peluh yang melenguh
Menatap wajah dibalik kaca adalah kesia-siaan
Lalu mati dalam keterasingan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H