Interaksi sosial mensyaratkan adanya komunikasi sebagai bagian dari tingkah laku. Anak-anak dengan orangtua adalah dua subyek individu yang saling berinteraksi sosial secara intens.Â
Pernahkah sahabat merasakan lelah, penat, dan beban berat saat bekerja? Saya pernah dan saya yakin semua sahabat pernah merasakannya.Â
Sahabat, suatu ketika saya merasakan beban yang teramat sangat dalam urusan rutinitas yang membosankan, yaitu pekerjaan. Namun, saya merasakan beban itu seketika hilang ketika saya pulang, sampai di rumah, dan disambut oleh kehangatan pelukan anak-anak saya.Â
Pelukan itu adalah wujud tingkah laku atau bersifat kultural, sebagai perwujudan sebuah komunikasi yang simbolik.Â
Nah, di dalam kultur masyarakat kita, bahkan mungkin di seluruh dunia, anak adalah simbol dari diri kita sendiri. Kalau kita ingin tahu kita ini seperti apa, lihatlah lebih lekat anak-anak kita.Â
Di dalam diri anak-anak kita, ada diri kita. Demikian pula sebaliknya. Jadi secara simbolik, diri kita itu sesungguhnya mewujud kepada anak-anak kita.Â
Disitulah kekuatan batiniah itu muncul dalam mengelola mentalitas kita sebagai orangtua. Sebaliknya pula mentalitas anak. Jadi pemahaman yang saya sampaikan ini, bukanlah pemahaman karena saya mengerti ilmu psikologi atau psikiater. Namun saya memahami secara sosiologis dan secara kultural.Â
Membangun Konsep Diri yang Positif
Jadi, pelukan adalah bentuk komunikasi non verbal. Pelukan orangtua kepada anak atau sebaliknya, adalah juga tindakan mengenai konsep diri (self concept).Â
Adalah Struart dan Sudeen, mengatakan bahwa konsep diri merupakan sebagai semua pemikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain (Stuart & Sudeen, 2005).