Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jalanan dan Kamar yang Temaram

12 Oktober 2020   17:24 Diperbarui: 12 Oktober 2020   22:51 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku ingin mengabarkan kepada kalian
suara teriak di jalanan itu tak lebih gemuruh
dari pertengkaran dalam kamar remang
penuh bisikan rahasia tentang masa depan
lalu siasat dan debat adalah riuh yang sunyi 

Masa depan itu bukan di jalanan
tapi dibalik bilik yang pudar samar
Dimana hanya satu dua orang saja
yang memutar kemudi dan jarum jam
semuanya lalu tenang dan diam
meski jalanan semakin menyalak
dan masa depan diperkarakan
tapi semua tergantung pena di atas meja
yang menuliskan perkara dengan mudah saja
sekali goresan di detik-detik terakhir
menjelang lampu kamar dipadamkan

apakah kalian sudah menerima kabar
nasib kalian ada di selembar kertas
yang digoreskan maklumat janji
diujung pena yang tintanya mengalir
dari sanubari dan diantara pertentangan
yang diperdebatkan dari sang penentu
dikala perkara harus usai dan disudahi
sebab penentu berdiri di ujung keraguan
antara kalian pemilik jalanan dan seorang
penentu di seberang yang jauh dari kamar 

Gemuruh teriakanmu lebih sunyi
dibanding perdebatan di balik dinding
yang tak pernah bisa kalian lihat
sebab jalanan terlalu jauh dari gedung
dan juga dihadang kebisuan sang penjaga
yang menerima titah untuk menenangkan
Di balik dinding sang penentu berunding
dan kalian mengira ini hanya tentang jalanan
kalian salah, ini soal nasib banyak perihal
yang dinisbikan pada bentang laut dan daratan 

Kalian pasti sering dengar himbauan
di jalanan banyak mahluk tak terlihat
lalu kalian dibubarkan karenanya
tapi apakah soal itu  juga diperihalkan
sebelum semua catatan diterakan?
dibalik dinding semua diperihalkan
di jalanan semuanya dilarang, mengapa?
Bertanyalah pada debu jalanan
tapi nasib kalian bukan di jalanan
tapi dibalik dinding kamar
yang masih temaram

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun