Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sebongkah Batu di Dasar Telaga

28 September 2020   17:12 Diperbarui: 28 September 2020   17:13 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air mata itu menetes tak hentinya. Ia menghancurkan sebongkah
batu dalam hatiku. Dalam waktu yang tak ada hentinya. Seperti
air sungai kepedihan yang menggenangi tanah yang menganga

Tempat luka mengendap waktu yang tak ada hentinya. Lalu menjadi
telaga yang menampung air mata. Hingga menjadi kesejukan, yang
tak ada hentinya. Menyelami air matamu adalah keikhlasan, kataku

Telaga kejernihan air matamu. Menganak sungai yang deras ke muara
Mengalir, yang tak hentinya. Di muara, kubendung dengan tangan
yang kubalut cinta, kasih dan sayang. Tak ada hentinya. 

Jernihnya air mata dalam telagamu. Setia pada kesejukan asalnya
Tak sampai ke laut yang airnya payau. Sebab laut tak mengerti
tentang mengalirnya air matamu. 

Aku adalah batu, yang menyimpan rindu untukmu. Membendung
air matamu. Aku adalah batu, yang mengendapkan lukamu,
agar larut di dasar telaga. Dan airnya jernih dengan tak ada hentinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun