Kunang-kunang di pelataran. Mereka tidak terbang
Tapi tertanam. Lihatlah, mereka keluar dari dalam tanah.
Bukan karena mereka ingin. Tapi karena mendengar jeritan
Merintih diatas tanah suburnya, pada kaki-kakinya yang kering
Kunang-kunang tersibak dalam impian. Di atas harapan
yang tak tahu kapan datang. Kunang-kunang berserakan
digerus buldozer yang membongkar. Hingga bermil-mil
dalamya. Lalu diangkut ke laut tanpa perasaan
Kunang-kunang di lautan. Dibawa kapal ke negeri orang
Ah, di negeri tujuan mereka disulap jadi logam mulia
Sedang kita hanya tersisa malam pekat dan jerit berkarat
Kunang-kunang di pelataran raib sedari malam
Kunang-kunang di pelataran. Siangnya menghilang
bukan karena terik. Tapi karena mereka yang tak lagi
tersimpan di setiap malam. Hadirnya di setiap malam
menghibur mata penuh rintihan, hati penuh jeritan
Kunang-kunang di pelataran. Hanya impian...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H