Budaya Mapalus sebagai Tradisi Gotong Royong
Di seluruh Nusantara, mengenal tradisi dan budaya gotong royong yang diwariskan oleh leluhur sejak masa lampau. Budaya dan tradisi gotong royong, adalah ciri yang lekat dengan masyarakat Indonesia, di seluruh Nusantara.
Demikian pula, dengan masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara. Masyarakat Minahasa, juga mengenal tradisi dan budaya gotong royong sejak masa lampau. Tradisi gotong royong itu, sampai sekarang masih bertahan, yaitu budaya Mapalus.
Masyarakat Minahasa sejak dahulu kala hingga sekarang telah hidup dan tumbuh dan berubah mengikuti gerak perkembangan jaman sehingga telah memberikan corak, bentuk dan sikap yang lain pada Mapalus tersebut.
Walaupun masyarakat Minahasa secara administratif sudah dimekarkan hingga menjadi beberapa Kabupaten yakni Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara serta Minahasa, namun dalam pelaksanaan sistem gotong royong masih tetap mempertahankan Budaya Mapalus.Â
Keaslian pada Mapalus menunjukan bahwa setiap anggota Mapalus merasa bersatu dan disatukan oleh salah satu tujuan yaitu kesejahteraan dan kemakmuran bersama.
Di tengah hantaman modernisasi dan menguatnya individualisme, masyarakat Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) masih tetap mempertahankan tradisi kebersamaan dan gotong royong yang dikenal dengan istilah mapalus.Â
Menurut Denni Pinontoan, teolog dan budayawan dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) Tomohon mengatakan, mapalus merupakan praktik tua yang melembaga di Minahasa sejak sebelum Kekristenan diterima secara masif dan sejak tanam paksa kopi diberlakukan awal abad 19.
Kata "mapalus" terbentuk dari dua kata "ma" sebagai awal untuk menunjuk pada sebuah proses yang aktif, dan "palus" yang berarti "dicurahkan" atau "dibagikan". Jadi mapalus dari segi istilah artinya saling mencurahkan tenaga dan sumber daya atau saling membagikan apa yang dimiliki masing-masing pihak atau orang.
Sebagai sebuah praktik kerja, ungkap Deni, mapalus berarti kerja bersama atau bergiliran dengan kesepakatan-kesepakatan yang diterima bersama untuk menyelesaikan suatu kerja (bertani) demi tujuan yang diharapkan bersama (Liputan 6).Â