Salah satu potensi data arkeologi yang penting yang bisa dikembangkan dalam kerangka pengembangan sumberdaya arkeologi sebagai modal pembangunan berkelanjutan adalah sebaran situs-situs waruga.Â
Sejauh ini situs-situs waruga belum dikelola secara masif dan terintegrasi, sehingga terkesan hanyalah warisan budaya yang tidak memiliki nilai 'heritage' yang tinggi.Â
Sampai saat ini, mungkin orang hanya melihat bahwa waruga adalah tinggalan atau warisan budaya orang Minahasa. Waruga merupakan media kubur para leluhur orang Minahasa yang harus dijaga dan dilestarikan. Itu saja, setidaknya itu gambaran umum yang bisa kita peroleh dengan segera dan hanya dalam lintasan benak saja, setelah itu hilang begitu saja.
Tidak bosan-bosannya dan tidak habis-habisnya saya mengulas tentang ikon budaya Minahasa, yakni Waruga yang sudah mendunia, meskipun hingga saat ini keberadaannya sebagai warisan budaya belum diakui sebagai warisan dunia.Â
Bagaimana tidak, hingga kini keberadaan waruga yang ditemukan di tempat yang terpisah-pisah dan beberapa diantaranya dalam kondisi yang rusak, menurunkan nilai penting warisan budaya itu sendiri.Â
Sementara itu, secara insitu, keberadaan waruga merupakan fitur arkeologi yang sudah berada di tempat awalnya, pada matriksnya, yang jika memindahkannya, tentu menurunkan pula nilai penting warisan budaya, menurunkan nilai keasliannya.Â
Namun, jika dalam lokasi awal ditemukannya, banyak lokasi-lokasi penemuan waruga, tidak pada lokasi yang bebas dari dampak pembangunan. Contoh kecil, waruga-wruga banyak diantara ditemukan di pinggir-pinggir jalan, yang terancam pembangunan perluasan jalan.Â
Selain itu kondisi yang terpisah-pisah dan tunggal atau obyek-obyek waruga yang tidak ditemukan dalam jumlah besar dan mengelompok, sangat rentan di korbankan oleh pembangunan.Â
Waruga, ikon budaya, tinggalan warisan budaya yang khas dari Bumi Nyiur Melambai, Minahasa. Hingga kini masih menjadi wacana yang tak habis dikupas tentang nilai pentingnya juga ancaman kemusnahannya.Â
Selain seringkali ditemukan data-data terbaru tentang keberadaan waruga, namun data terbaru tentang ancaman kemusnahannya juga mengemuka. Tak jarang perdebatan muncul karenanya.
Di satu sisi mempertahankan keberadaannya sebagai warisan budaya lokal Minahasa, di sisi lain dihancurkan demi pembangunan yang semakin pesat berkembang. Waruga dianggap masa lalu dan usang, tak terpelihara dan tak dibutuhkan, namun di satu sisi ciri identitas budaya Minahasa melakat padanya.Â