Siang tadi saya menghadiri suatu acara di sebuah hotel di kawasan Tongkeina, Bunaken, Manado. Acara itu adalah acara peluncuran Pokok-pokok Kebudayaan Daerah (PPKD) yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Talaud. Namun, saya akan mengulas perihal yang berbeda, di luar acara siang itu. Namun bagi saya sangat menarik.Â
Di sesi rehat dan makan siang, saya sempat berbincang-bincang dengan Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud, Bapak Dr. Elly Engelbert Lasut M.EÂ dan Sekda Kabupaten Talaud Bapak Ir.Adolf Binilang,ME.Â
Bagi saya isi perbincangan kami itu sangat menggelitik dan juga akan menginspirasi banyak kalangan, terutama pelaku pemerintahan di daerah lain. Perbincangan sebenarnya masih seputar kondisi pandemi. Tapi cara Bupati dan Orang Talaud, memahami pandemi, itu yang bagi saya sangat mengusik pikiran saya, sekaligus inspiratif dan menggugah.
Dalam edisi Kompasiana sebelumnya, saya menulis tentang cara orang Talaud merawat Keindonesiaan, di wilayah Pulau terluar. Setelah mendengar penjelasan Bupati dan Sekda Kabupaten Talaud, tampaknya sangat nyambung dengan yang saya pelajari selama ini pada Orang Talaud, yaitu budaya olah pangannya.Â
Dalam kacamata arkeologi, budaya olah pangan Orang Talaud, mungkin sudah dikenal sejak 3500 tahun yang lalu, ketika orang-orang penutur Austronesia sekitar kurun waktu itu bermigrasi ke Nusantara, melalui pintu Kepulauan Talaud.Â
Tampaknya, budaya olah pangan itu menunjukkan ruh kebudayaan, jati diri orang Talaud, yang terus hidup hingga sekarang. Saya mendengar penjelasan Bupati dan Sekda, menjadi sangat takjub dibuatnya.Â
Saat ini Pemkab Talaud, mengembangkan program ketahanan pangan pada masyarakat Kabupaten Talaud di masa pandemi. Program itu adalah, program BLT Padat Karya yang ditujukan kepada masyarakat untuk mengolah lahan yang dimiliki menjadi lahan-lahan perkebunan yang produktif.Â
Di masa pandemi ini, ketika sosial distancing dan fisikal distancing diterapkan, era kenormalan baru, maka 'pelarian' ke kebun adalah solusi yang sangat produktif. Olah raga, olah seni sambil olah lahan. Begitu kira-kira yang menjadi poin penting, mengalihkan kebekuan sehari-hari yang pasif karena pandemi, menjadi energi yang aktif, sehat dan produktif.Â
Olah lahan menjadi alternatif usaha yang menentukan hari-hari kedepan masyarakat Talaud. Kondisi ini memiliki peluang yang sangat baik, kelak di kemudian hari, surplus pangan masyarakat Talaud, berpeluang juga pemasaran ke negeri tetangga Filipina, akan lebih mudah, karena akses yang lebih dekat.Â