Mohon tunggu...
wurianto saksomo
wurianto saksomo Mohon Tunggu... -

Lahir dan menghabiskan masa kecil serta remaja di Madiun, menimba ilmu di Jogja, sekarang menjemput takdirnya di Ngawi, berkarya untuk negeri sebagai bagian dari birokrasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahasiswa dan Revolusi

17 Desember 2011   00:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:09 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebenarnya pengalaman revolusi jauh dari apa yang diimpikan. Dalam realita revolusi menyingkirkan seorang tiran untuk kemudian menaikkan tiran yang lain yang bahkan lebih kejam. Tujuan awal revolusi yang untuk memajukan kemakmuran namun dalam kenyataannya seringkali menggantikan rasio dengan kekerasan, pemaksaan, dan penghancuran. Dengan demikian mitos tentang janji indah gerakan ini akan tumbang.

Pendapat Franz Borkenau mengatakan bahwa setiap revolusi besar selalu menghancurkan aparat pemerintahan yang ada. Setelah melakukan eksperimen dan pertimbangan, setiap revolusi akan membentuk aparat pemerintahan baru yang pada umumnya karakternya sangat berbeda dengan aparat pemerintahan yang ditumbangkannya, oleh karena itu perubahan tatanan negara merupakan hal yang yang tidak kalah pentingnya dari perubahan tatanan masyarakat.

Dari argumen tersebut kita dapat menemukan peluang sekaligus tantangan dalam melakukan setiap perubahan di dalam masyarakat sekaligus juga pada struktur kenegaraan, tak terkecuali ketika menggunakan revolusi sebagai jalan pelaksanaannya.

Gerakan mahasiswa sebagai bagian dari entitas pengontrol penguasa juga sekaligus menjadi sumber terpenting kepemimpinan. Oleh karena itu, tidak bisa tidak, permasalahan kondisi negara harus menjadi menu bagi setiap aktivis gerakan mahasiswa.

Ada 2 hal yang minimal harus disiapkan oleh Gerakan Mahasiswa yakni penjagaan moral spiritual sebagai ruh dalam setiap pergerakan dan aktivitas serta kapasitas keilmuan dan pengembangan wacana. Moral spiritual inilah yang menjadi akar pengokoh perjuangan mahasiswa sehingga tidak seketika tercerabut dari ideologi ketika bersinggungan dengan dunia luar. Ia berupa keimanan, keikhlasan, semangat, dan kekonsistenan.

Yang kedua adalah peningkatan kapasitas intelektual yang akan membuktikan kepada masyarakat luas tentang kepahaman dan kecerdasan setiap kader. Kulturisasi sebagai gerakan mahasiswa akan terus diupayakan dengan melalui diskusi-diskusi sebagaimana para pendahulu gerakan mahasiswa telah melakukan hal itu. Setiap mahasiswa harus mempunyai kesadaran tentang upaya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun