Mohon tunggu...
Wuri Annisa Nurfadlilah
Wuri Annisa Nurfadlilah Mohon Tunggu... Administrasi - Candidate for master degree in early childhood education at Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta

Penuntut Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pola Asuh Grandparenting: Berdampak Negatif?

24 Februari 2024   21:22 Diperbarui: 24 Februari 2024   23:04 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai parents, apa kabar???

Menjadi salah satu anak yang pernah merasakan grandparenting rasanya ingin berbagi pengalaman terkait pola asuh ini baik dari sudut pandang saya sendiri dan beberapa penelitian pendukung. Sebelumnya apa sii grandparenting? dan bagaimana penerapan pola asuh ini dilingkungan masyarakat? Mari kita bahas sebagai berikut.

Secara umum grandparenting merupakan salah satu pola asuh yang melibatkan kakek dan nenek dari orangtua anak, dimana di Indonesia sendiri  hal ini bukan sesuatu yang asing atau bahkan baru untuk orangtua yang berkarier, kondisi latar belakang masyarakat yang masih awam, dsb.  Termasuk saya yang pernah diasuh secara langsung oleh kakek dan nenek sejak kecil karena kedua orangtua yang bekerja diluar kota akan sedikit berbagi pengalaman saya khususnya pada masa anak usia dini. Saya merupakan anak pertama serta cucu pertama yang sangat merasakan perbedaan dalam pola asuh grandparenting (kakek nenek) dengan pola asuh parenting (orang tua), namun menurut saya keduanya pasti ada kelebihan dan kekurangan tersendiri tergantung persiapan dan penerapannya.  Ada beberapa dampak positif dari penerapan pola asuh grandparenting ini yaitu sebagai berikut :

1. Kakek dan Nenek yang senantiasa mengajarkan empati dan kasih sayang secara alami, dimana hal ini bagaikan buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Ketika seorang cucu lahir sebagai anugerah untuk kakek dan neneknya, hal itu pula yang menjadikan pelengkap kehidupan cucunya yang penuh dengan kasih sayang dan empati sedari dini. Menurut salah satu artikel The Asian Parents yang mengungkapkan bahwa ada 10 cara yang bisa dilakukan orangtua dalam melatih empati kepada anak, salah satunya dengan menjalin kedekatan dengan kakek dan neneknya. Hal yang masih ku ingat ketika kecil, dimana nenekku selalu mengajarkan indahnya berbagi sesuatu kepada saudara-saudaraku maupun teman rumahku.

2. Kakek dan Nenek yang telaten mengajarkan berbagai hal kepada cucunya, tak bisa dipungkiri bahwa kakek dan nenek lebih memiliki pengalaman dalam mendidik seorang anak terlebih dahulu. Maka dari itu banyak kakek dan nenek yang lebih aktif dalam mengajarkan beberapa hal kepada cucunya, hal ini berdampak baik pada perkembangan kosa kata dan bahasa  pada anak. Selain itu kakek dan nenek lebih sabar dalam berkomunikasi kepada cucunya, bahkan segala macam pertanyaan pasti dijawab oleh keduannya. Hal itu yang dapat membantu anak untuk berkembang lebih baik dalam berkomunikasi dengan orang lain, seperti nenekku yang  membiasakan terhadap hal-hal kecil. Masih ku ingat ketika sekolah dasar dimana nenekku membuat oret-oretan perkalian dan pembagian serta mengajarkan berbagai rumus dahulu seperti menghitung perkalian menggunakan kedua tangan sampai pembagian pistol (poro pistol).

3.  Kakek dan Nenek yang mengajarkan mandiri dan disiplin terhadap kegiatan sehari-hari.  Perkataan dimanja mungkin sering terdengar ketika seorang kakek dan nenek mengasuh cucunya, namun realitanya juga ada dari mereka yang mendidik cucunya untuk mandiri dan disiplin meskipun dengan konteks yang cukup untuk menjadi pembiasaan. Seperti halnya ketika aku menginjak kelas 4 sekolah dasar sudah dibiasakan untuk membantu mengerjakan kegiatan rumah seperti menyapu, membilas baju, hingga menyetrika bajuku sekolah sendiri. 

Hal ini tergantung bagaimana kakek dan nenek kita dalam mebiasakan kita dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kegiatan-kegiatan diatas memiliki batasan berlebihan. Namun sebagai orangtua pasti memiliki harapan yang baik terhadap anak dan cucunya, lantas apakah pola asuh grandparenting juga dominan berdampak negatif pada anak? Menurut saya tidak, namun memang ada beberapa hal yang saya sadari bahwa pola asuh ini kurang tepat untuk jangka panjang. Mengapa demikian? Ada beberapa dampak negatif yang akan saya sampaikan sebagai berikut :

1. Kakek dan Nenek yang terkadang selalu menuruti apa yang cucunya mau, mungkin hal ini merupakan bentuk kasih sayangnya terhadap cucunya. Hal ini memiliki dampak apabila dilakukan secara berlebihan dimana kedepannya anak tidak dapat mengkontrol dan memaksa pada setiap kemauannya. Selain itu anak akan terbiasa dengan hal-hal yang praktis dan instan, dimana hal ini juga bisa menjadi kebiasaan buruk pada anak apabila tidak diselangi batasan dan peraturan.

2. Kakek dan Nenek yang selalu memaklumi ketika cucunya melakukan kesalahan, hal ini juga sering terlihat dimasyarakat dengan dalih masih kecil.  Namun juga akan menjadi kebiasaan buruk bagi anak karena terlalu sering dibela sejak kecil, yang paling parah adalah anak akan egois dan merasa selalu benar ketika melakukan kesalahan. 

3.  Kakek dan Nenek yang sudah lanjut usia tidak mampu memposisikan mendidik dan mengajarkan suatu hal pada anak karena perbedaan era serta beberapa pengetahuan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa pola asuh ini kurang mengoptimalkan prestasi belajar anak, karna faktor ketidakberdayaan maupun keterbatasan ilmu yang dimiliki kakek dan nenek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun