Ada sebuah ungkapan yang pernah saya dengar, "Jika kita mengulang-ulang kebohongan sesering mungkin, maka lama kelamaan rakyat pasti akan mempercayai kebohongan itu sebagai kebenaran.” Kalau tidak salah itu kata-kata orang dari Nazi. Melihat gejala di media massa, saya mengamini ungkapan tersebut.
Tidak perlulah saya menjelaskan kaidah dan pedoman berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Tentang pola DM (Diterangkan Menerangkan). Bocah piyik juga tahu yang benar itu Apel Malang, bukan Malang Apel. Apalah lagi kalau itu wartawan, jurnalis. Kerjaannya tiap hari pan tak jauh dari tulis menulis toh?
Tapi gegara kebanyakan rekan sejawat pada nyebut Banjir Kanal Timur, anak media Kompas pun jadi demen nyebut Banjir Kanal Timur. Di tipih yang ditonton jutaan orang pula.
Coba aja cari di google. Itu Banjir Kanal Timur berseliweran. Entah berapa banyak orang yang ikut-ikutan wartawan yang terjun bunuh diri dalam kesalahan berbahasa. Banyak yang mati......
Karena itu saya buat Varian baru dari ungkapannya, "Sebuah kesalahan jika dilakukan terus-menerus dan rame-rame, maka kesalahan itu akan terasa sebagai kebenaran".
Ini untuk orang-orang yang merasa intelektual. Bau amis bisa nempel di badan kalau kelamaan berdiri di pasar ikan. Ternyata kalau sesuatu hal beramai-ramai dilakukan, orang yang pandai sekalipun bisa bimbang, "Ini cara yang tepat atau tidak?"
Sebenarnya apa sih Banjir Kanal Timur itu? Sering banget muncul di berita, katanya pembangunannya begini dan begitu, kurangnya di sini di situ........ Saya juga kurang paham.
Mungkin itu adalah sejenis Banjir yang terjadi di Jakarta, dinamakan Kanal Timur. Atau itu adalah sebuah Kanal untuk mencegah Banjir, letaknya di Timur. Jadi itu Banjir apa Kanal? Buset dahhh.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H