Mohon tunggu...
Wulan Nur Diani
Wulan Nur Diani Mohon Tunggu... Lainnya - Siswi Sekolah Menengah Atas

Suka menulis hal-hal acak sedari kecil.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Absurdisme dan Albert Camus

24 Mei 2024   20:58 Diperbarui: 24 Mei 2024   21:29 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang filsuf terkenal pernah berkata, "Haruskah saya bunuh diri, atau meminum segelas kopi?". Kalimat tersebut dilontarkan oleh seorang filsuf, penulis, serta jurnalis Perancis, Albert Camus. Karya-karyanya yang paling terkenal diantaranya adalah The Stranger (1942), The Plague (1947), dan The Fall (1956).

Diantara karya-karyanya tersebut, muncullah sebuah pemikiran baru yang dikenal oleh masyarakat sebagai filosofi Absurdisme. Absurdisme pada dasarnya adalah sebuah kepercayaan bahwa seluruh kehidupan manusia di dunia ini tidak memiliki arti dan makna sama sekali. Ingin seberapa dalam pun manusia mencari-cari makna tersebut, mereka tidak akan mendapat apa-apa selain kenihilan. Absurdisme juga sering dikaitkan dengan Nihilisme, meskipun secara garis besar ada beberapa perbedaan dari kedua pandangan tersebut.

Albert Camus, adalah salah satu orang yang memperkenalkan atau membuat pandangan absurdisme ini menjadi terkenal. Salah satu karyanya berjudul "Le Mythe de Sisyphe" atau "Mitos Sisifus", ia menjelaskan lebih jauh mengenai pandangan absurdisme ini. Ia mengibaratkan Sisifus sebagai "ikon" dari absurdisme. 

Sisifus sendiri adalah salah satu tokoh mitologi Yunani yang dihukum karena sifatnya yang serakah dan tamak. Ia harus mengangkat batu besar ke atas bukit dan setelah sampai di atas, batu tersebut akan menggelinding kembali ke bawah dan ia harus mengangkatnya lagi. Hal itu terjadi berulang-ulang dan berulang-ulang. Albert Camus menganggap apa yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Sisifus. 

Manusia sibuk mendaki kehidupan, lalu tanpa mereka sadari mereka akan kembali turun. Lalu mereka kembali mendaki, lalu kembali turun. Begitu terus menerus tanpa makna yang jelas. Jadi apakah dengan hidup yang seperti itu, lantas manusia lebih baik bunuh diri? Hal itulah yang dianggap banyak orang sedikit ekstrim dari filosofis yang satu ini. Meskipun begitu, ternyata yang ingin disampaikan Albert Camus tidaklah seperti itu.

Albert Camus menyuruh kita, manusia, untuk terus hidup tanpa memikirkan makna kehidupan yang tak jelas eksistensinya. Kita disuruh untuk terus mendaki dan mendaki, menghiraukan segala hal yang tidak penting. Sampai suatu saat nanti, mungkin kita akan memang menemukan makna hidup kita sendiri. Jika manusia gagal mencari makna dan merasa frutasi, Albert Camus memberikan pilihan paling simpel dan sedikit mengerikan yakni pilihan yang kita bahas sebelumnya. Maka dari itu Albert Camus mengeluarkan sebuah kalimat, "Haruskah saya bunuh diri, atau meminum segelas kopi?"

Haruskah kita mengakhiri semuanya disini, atau melanjutkan kehidupan lagi dengan segelas kopi yang hangat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun