Mohon tunggu...
Wulandari
Wulandari Mohon Tunggu... Dosen - blogger

berbagi cerita, karena kelak ini jadi sejarah...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

kematian itu...[Simbol]

3 Juni 2012   03:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:27 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Membaca berita mengenai kematian supporter sepakbola beberapa hari yang lalu membuat miris. Parah ya, padahal kan mereka satu bangsa. Kronologisnya ketika para tersangka melihat korban memakai syal yang bergambar simbol pesaing mereka, ya simbol.

“Kesatuan sebuah kelompok, seperti semua nilai budayanya, pasti diungkapkan dengan memakai simbol…Simbol sekaligus merupakan sebuah pusat perhatian yang tertentu, sebuah sarana komunikasi, dan landasan pemahaman bersama…setiap komunikasi, dengan bahasa atau sarana lain, menggunakan simbol-simbol. Masyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-simbol” (R.M. MacIver dalam Dillistone, 2002:15)

simbol memang menjadi ciri, menjadi sebuah identitas, bagi kelompok atau golongan tertentu. Ia menjadi sebuah tanda. Misalkan saja ketikaberada di tempat umum, kemudian Anda menggunakan sebuah laptop yang terukir gambar “Apel Kroak” (begitu beberapa orang teman menyebutnya), itu merupakan simbol bahwa Anda menggunakan laptop keluaran Steve Jobs. “Apel Kroak” adalah penanda, dan Petandanya adalah bisa memiliki banyak arti atau makna, misal laptop yang memiliki nilai prestice, mahal, dan lain sebagainya.

Kembali ke simbol korban tadi, karena ketahuan si korban memakai simbol klub sepakbola pesaingya, ia langsung dikeroyok. Kenapa karena simbol timbul perpecahan? Seandainya saya si korban tidak menampakkan simbolnya, mungkinkah akan terjadi pengkroyokan?

Bermain dengan simbol berarti bermain dg tanda.

“Simbol mewakili sumber acuannya dalam cara yang konvensional. Tetapi penanda manapun -sebuah objek, suara, sosok, dan seterusnya- dapat bersifat simbolik” (Danesi, 2010: 38)

keberadaan simbol memang menjadi penanda bagi sebuah petanda. Misalkan saja tanda berbentuk V yang tercipta dari jari telunjuk dan jari tengah yang berarti sebuah petanda “perdamaian”. Simbol hanya tinggal simbol bila tidak ada kesepakatan sosial, artinya semua orang umumnya tahu dan paham bahwa jari tengah dan telunjuk yang membentuk huruf V tersebut bermakna “perdamaian”. Dan

Hanya sangat disayangkan bila sebuah simbol kemudian menjadi sebuah awal dari perpecahan. Kita tentu menghormati simbol sebatas dalam penggunakaannya. Berdo’a semoga tidak ada lagi hal serupa yang terjadi, begitu murahnya nyawa hanya karena perbedaan, kemudian nyawa melayang.

sumber:

Dillistone, F.W. 2002. Daya Kekuatan Simbol. Yogyakarta: Kanisius

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun