Mohon tunggu...
Wulan DwiAgustina
Wulan DwiAgustina Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

Hanya seorang mahasiswi dan pekerja sektor informal

Selanjutnya

Tutup

Trip

Melepas Frustasi Setelah Isolasi

1 April 2020   00:04 Diperbarui: 1 April 2020   00:14 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

31 Maret 2020. Tepat memasuki hari ke-20 mengisolasi diri di rumah dan mengerjakan segala macam kegiatan di luar seperti kuliah, bekerja, ngopi hanya di rumah saja. Sebagai manusia dengan mobilitas tinggi, tentu hal semacam ini sedikit membosankan bagi saya. Kehilangan waktu konsultasi dengan dosen bimbingan skripsi, kehilangan waktu ngopi bersama teman- teman, dan yang semakin menyedihkan, sebagai mahasiswa yang juga pekerja informal danfreelance saya kehilangan beberapa pekerjaan. Frustasi? 

Mungkin, barangkali hal ini juga tidak hanya saya alami, dari 271.066.000 jiwa (Begitu proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) padaKompas.com, Rabu, 8 Januari 2020) mungkin saja puluhan atau ratusan orang mengalami hal yang sama seperti saya. Keadaan ini diperparah dengan banyaknya berita yang terkadang secara serempak mereportasekan situasi yang semakin genting. 

Atas situasi ini pekerja informal seperti saya maupun kaum miskin kota nyatanya adalah golongan yang menurut saya akan sangat merasakan dampak dari krisis Ekonomi yang disebabkan Pandemi Covid-19. Dari apa yang saya rasakan, tentu saya akan bilang Pandemi Covid-19, merubah tatanan stabilitas kehidupan saya.

April, dengan beberapaplanning yang dua diantaranya berkunjung ke rumah nenek yang sudah saya rindui dan bertemu kekasih di Bandung setelah enam bulan tidak berjumpa karena kesibukan masing- masing pun dengan berat hati harus di cancel, demi kesehatan dan keamanan kami semua.

Ini tentu saja juga karena imbauan dari pemerintah untuk melakukan physical distancing (jaga jarak atau jaga jarak aman), dan saya pikir melaksanakan imbauan tersebut lebih utama demi kebaikan bersama daripada menuruti ego untuk tetap bertemu. Mengingat sampai hari ini saja Selasa, 31 Maret 2020 Kompas.commemberitakan total ada 1.528 kasus Covid-19 di Indonesia, jumlah tersebut terhitung setelah penambahan 114 pasien dalam 24 jam terakhir, dan saya tentu saja tidak berharap menjadi satu dari sekian pasien yang ada.

Berharap pandemi Covid-19 ini segera berakhir, tentu saja bukan hanya harapan saya, tapi juga jutaan manusia di Indonesia, bahkan di dunia. Saya, orangtua saya, adik saya, nenek saya, kekasih, teman- teman dekat maupun sahabat, penjual ayam geprek, buruh pabrik, tukang bangunan, pengemudi ojek online,loper koran, pekerja hotel, pengusaha, guru, wartawan, redaktur, dan masih banyak lagi manusia di luar sana menginginkan semuanya menjadi normal seperti sediakala. 

Menjadi baik, menjadi aman, menjadi terkendali, tidak ada ketakutan untuk saling berhadapan, ngobrol di warung kopi, bertemu teman kerja, berbelanja ke mall, menikmati liburan di luar kota, menginap di hotel, atau bercengkrama di taman kota bersama nenek tersayang.

Selama matahari masih bersinar, harapan itu selalu ada. Saya jadi teringat sebuah semboyan dari seorang pahlawan perempuan yang saya kagumi RA Kartini,"Habis Gelap, Terbitlah Terang".Sebuah kalimat yang memiliki makna mendalam. Mengajarkn kita untuk kembali bangkit dan selalu percaya bahwa hal- hal buruk akan segera berlalu.

Hari ini saya kembali menyusun rencana- rencana yang sempat batal, juga saya tunda di bulan Maret dan April. Setelah pandemi ini berakhir tentu saja tujuan saya masih sama, berlibur ke Bandung, kota Kembang, Paris Van Java. Selain untuk menemui nenek tersayang yang saya rindukan, liburan di Bandung nanti juga merupakan waktu yang berkualitas untuk saya memanjakan diri, menonton konser musik indie, berjalan- jalan di Braga Street sambil memanjakan mata dengan lukisan- lukisan karya seniman Bandung, menikmati udara segar di Orchid Forest Cikole Lembang, merelaksasikan otot- otot tubuh dengan berendam di pemandian air panas Ciater juga merupakan salah satu moment menyegarkan setelah sekian lama mengisolasi diri di rumah dengan rutinitas yang monoton. 

Dan tentu saja, menikmati kopi sambil ngobrol dengan kekasih di yang berada di Bandung juga merupakan hal yang tidak boleh dilewatkan setelah sekian lama kami absen melakukannya. Sebagai penikmat kopi, saya ditemani kekasih sering kali mengunjungi beberapa caf di Bandung, dan pada kesempatan yang akan datang ingin rasanya mengeksplore lagi hobi saya, minum kopi, berdiskusi, menulis puisi, sambil menikmati waktu bersama membicarakan hal- hal bahagia, project kedepan, maupun sekedar menikmati senja. 

Di Lalune caf Bandung, Holajae caf yang terletak di Dago Atas Bandung, Aspasia coffee sambil menikmati suasana hutan yang menyegarkan, Utara Caf, Goldstar 360 caf sambil menimmati sensasi ngopi di bangunan di Santorini, dan masih banyak lagi tempat- tempat di Bandung yang ingin saya kunjungi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun