Mohon tunggu...
Wulan DinaMaharani
Wulan DinaMaharani Mohon Tunggu... Perawat - mahasiswa keperawatan universitas airlangga

saya hobi membaca novel, menulis, mendengarkan musik, dan juga travelling. MBTI saya INFJ.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Budaya Patriarki Terhadap Kesetaraan Gender

19 Juni 2024   19:00 Diperbarui: 19 Juni 2024   19:05 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kesetaraan gender sangat dipengaruhi oleh budaya patriarki yang telah memengaruhi masyarakat selama berabad-abad. Sistem patriarki menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari keluarga hingga politik dan ekonomi, sementara perempuan seringkali ditempatkan pada posisi subordinat. Ketidakadilan gender yang sistematis dan berkelanjutan dihasilkan oleh budaya ini.

Secara keseluruhan, perempuan Indonesia dipengaruhi secara negatif oleh budaya patriarki, yang juga menghambat kemajuan ekonomi dan sosial negara. Sistem ini membatasi perempuan, membatasi akses mereka terhadap pendidikan dan kesempatan kerja yang setara, dan mengurangi keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan penting.

Dalam budaya yang bersifat patriarki, perempuan sering menghadapi diskriminasi dan keterbatasan dalam akses terhadap pendidikan dan kesempatan kerja. Norma-norma berasumsi bahwa laki-laki menguasai rumah dan membuat keputusan utama, sementara perempuan diharapkan melakukan pekerjaan rumah dan memikul tanggung jawab rumah tangga. Ini menghambat kesetaraan gender. Perempuan tidak hanya kehilangan kebebasannya , tetapi juga menghadapi tekanan emosional dan psikologis akibat pembagian peran yang kaku ini.

Diskriminasi gender dalam pendidikan dan pekerjaan adalah salah satu efek paling nyata dari patriarki. Seringkali perempuan tidak memiliki akses ke pendidikan tinggi atau karir yang setara dengan laki-laki. Stereotip gender yang kuat, seperti anggapan bahwa perempuan lebih cocok untuk pekerjaan rumah tangga atau profesi yang dianggap “lebih feminin”, menambah ketidakadilan ini. Akibatnya, banyak perempuan yang masih bekerja pada pekerjaan dengan upah rendah dan tidak memiliki banyak kesempatan untuk menjadi pemimpin.

Selain itu, hak-hak hukum perempuan juga dipengaruhi oleh patriarki. Hukum di banyak negara masih mencerminkan perspektif patriarkal, di mana perempuan memiliki hak yang lebih sedikit dibandingkan laki-laki dalam hal memiliki harta benda, warisan, dan memiliki kebebasan pribadi. Hal ini tidak hanya membatasi kemampuan perempuan untuk bergerak sendiri, tetapi juga meningkatkan ketergantungan mereka terhadap laki-laki.

Untuk mengatasi dampak budaya patriarki memerlukan upaya bersama dari seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan yang mengajarkan kesetaraan gender dan menghargai kontribusi setiap orang tanpa memandang jenis kelamin adalah langkah awal yang penting. Selain itu, reformasi hukum yang melindungi hak-hak perempuan secara setara sangatlah penting. Salah satu langkah penting menuju kesetaraan gender yang lebih substansial adalah meningkatkan keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan politik.

Jadi, budaya patriarki memiliki dampak yang luas dan mendalam terhadap kesetaraan gender. Untuk mewujudkan Masyarakat yang adil dan maju, perlu ada upaya sistematis untuk mengubah norma-norma patriarkal dan memperjuangkan hak dan kesempatan yang setara bagi semua gender

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun