Seperti yang kita ketahui, bahwa setiap orang memiliki jenis kepribadiannya masing-masing. Ada orang yang merasa lebih nyaman berada di sekeliling orang-orang banyak atau keramaian, namun ada juga yang merasa lebih nyaman berada jika ia berada di lingkungan yang sepi atau lebih nyaman berpergian sendiri. Mengenai pribadi seseorang yang lebih memilih tempat sepi atau menyendiri merupakan suatu sifat yang bisa disebut anti sosial.
Arti dari sifat anti sosial ini sendiri adalah seseorang yang lebih menyukai kesendirian, namun cenderung untuk melakukan pelanggaran hak hak orang lain. Para kawula muda kini sudah banyak yang mengenal mengenai istilah anti sosial tersebut, anti sosial itu sendiri ditujukan oleh mereka kepada orang yang dianggap lebih menyukai kesendirian, sangat sulit untuk berkomunikasi, tidak memiliki teman, sulit untuk bergaul, dan lain sebagainya.
Namun sebenarnya anti sosial dapat dikategorikan sebagai gangguan kepribadian. Pengertian dari anti sosial sebagai gangguan kepribadian ini sendiri adalah kondisi yang dialami oleh seseorang yang tidak bisa memberikan penilaian atas suatu sikap yang baik ataupun yang buruk atas hal yang dilakukannya. Sehingga seseorang yang menderita anti sosial ini memiliki kecenderungan untuk menyakiti orang lain, melakukan tindakan yang tidak terpuji, melakukan tindakan kekerasan, penipuan, dan tindakan tindakan lainnya yang orang tersebut lakukan hanya untuk kesenangan pribadinya saja.
Lingkungan juga dapat menjadi faktor seseorang mengalami gangguan kepribadian anti sosial. Yaitu faktor lingkungan yang buruk dapat menjadi penyebab munculnya perilaku anti sosial tersebut. Adapun lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan keluarga, masyarakat, dan juga pendidikan. Peristiwa peristiwa yang dialami di masa lalu, yaitu seperti seseorang tersebut pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri. Atau bisa juga dikarenakan oleh pelecehan seksual yang pernah dialaminya, yang terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun pendidikan. Hal hal tersebut menjadi faktor seseorang memutuskan untuk menutup dirinya dari lingkungan sekitar yang menyebabkan ia memiliki masalah untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Menurut observasi yang penulis sudah lakukan, seringkali kondisi seseorang memutuskan untuk menutup diri karena faktor lingkungan, entah karena lingkungan di sekitar mereka yang menurut mereka tidak baik dan sangat tidak cocok untuk ditiru, atau karena seseorang tersebut merasa ia berada di level yang jauh dari orang orang disekelilingnya. Bisa juga karena individu tersebut dicap berbeda oleh orang di sekitarnya. Hal tersebut tentu saja akan berdampak kepada kepercayaan diri seseorang itu, dikarenakan mereka terus merasa bahwa mereka tidak cocok berada di lingkungan tersebut membuat mereka berpikir bahwa mereka tidak pantas untuk melakukan sebuah hubungan sosialisasi kepada orang orang lain.
Jika kasus tersebut terjadi, dan mereka tidak memiliki support system untuk dirinya, lalu bagaimana? Apakah orang tersebut akan menutup diri selamanya? Apakah orang tersebut memiliki teman cerita untuk menumpahkan keluh kesahnya? Atau jika kasus tersebut terjadi di lingkungan sekolahnya, apakah individu tersebut dapat menceritakan mengenai kendalanya pada orang tuanya? Bagaimana jika orang tuanya tersebut justru menjadi salah satu faktor yang mendorong individu tersebut untuk memutuskan menutup diri dari lingkungan juga?
Menurut obsevasi yang juga penulis sudah lakukan adalah hal tersebut seringkali terjadi pada remaja remaja atau bahkan orang orang yang ada di sekitar penulis, tepatnya di bandung. Tidak memiliki teman cerita karena karakter individu tersebut yang anti sosial seringkali dikarenakan oleh lingkungan sekitar yang membuat individu tersebut terus memendam keluh kesahnya sendirian. Sedangkan hal tersebut tidak baik karena dapat membuat daya tahan tubuh individu tersebut menjadi menurun, akibat dari memendam masalah sendirian membuat daya tahan tubuh seseorang menurun drastis dikarenakan efek dari hal tersebut membuat individu tidak bisa tidur dan dapat menyebabkan kecemasan yang berlebihan sehingga asam lambung naik.
Selain itu juga dapat memicu stress yang berlebihan karena tidak dapat menemukan comfort place mereka untuk mengembangkan dirinya. Dan juga individu tersebut bisa saja tidak memiliki semangat untuk menjalankan kehidupan sehari harinya. Namun hal yang paling mengerikan adalah ketika seseorang tersebut bangun pada pagi hari namun ia tidak memiliki semangat sama sekali untuk menjalani kesehariannya, sebab setiap kali individu tersebut membuka matanya, kepala individu tersebut secara langsung teringat pada setiap persoalan masalah yang ada di kepalanya tersebut dan langsung menurunkan mood sehingga langsung tidak merasakan semangat lagi dan cenderung berpikir bahwa hari hari yang akan datang akan selalu sama dan berulang ulang, dan seseorang tersebut tidak akan menemukan kebahagiaan baru.
Oleh karena itu penulis membuat sebuah inovasi aplikasi yang bernama Labu. Labu adalah aplikasi yang peduli terhadap kondisi yang dialami oleh penggunanya. Aplikasi tersebut sengaja dibuat seinteraktif mungkin, karena hadirnya labu ditujukan untuk menjadi teman sehari hari pengguna tersebut. Karakter dari labu ini dibuat semanis mungkin agar secara psikologis dapat membuat pengguna merasakan kegemasan, karena dengan hal itu tentu saja dapat menambah nilai tertentu pada kepala pengguna mengenai labu itu sendiri. Kehadiran labu itu sendiri muncul saat ia masih berada di dalam telur hingga akhirnya menetas, lalu pengguna dapat merawat labu seperti memandikannya, bermain dengan labu, memberikan makan, dan lain lainnya. Kemudian juga labu sengaja selalu dihadirkan di setiap halaman yang ada pada aplikasi ini agar pendekatan pengguna dengan si labu akan terus terjadi seiring pengguna beraktivitas di aplikasi ini.
Labu memiliki fitur fitur utama lainnya yang menjadi komponen penting dari aplikasi ini, yaitu:
1.Diari