Pendahuluan
Sanitasi lingkungan yang baik merupakan kunci utama dalam menjaga kesehatan masyarakat. Menurut laporan WHO (2021), sekitar 1,8 juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang disebabkan oleh sanitasi yang buruk. Permasalahan ini seringkali diperparah oleh minimnya kesadaran masyarakat dan kurangnya infrastruktur sanitasi yang memadai. Dengan peningkatan populasi, tantangan ini menjadi semakin kompleks, sehingga membutuhkan solusi strategis dan partisipasi aktif dari seluruh elemen Masyarakat. (Rahmaniu, dkk, 2022).
Sanitasi Buruk
Sanitasi yang tidak memadai berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, terutama melalui peningkatan penyebaran penyakit menular. Penyakit seperti diare, kolera, tifus, dan bahkan penyakit kulit seringkali berhubungan dengan kurangnya akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak (Sari, dkk, 2024). Berdasarkan Skitar 75% kasus diare di Indonesia disebabkan oleh buruknya pengelolaan limbah domestik dan terbatasnya akses masyarakat terhadap air bersih. Hal ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup, tetapi juga meningkatkan beban ekonomi, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang rentan terhadap dampak kesehatan lingkungan. Selain itu, sanitasi yang buruk memiliki dampak jangka panjang, seperti tingginya tingkat malnutrisi pada anak-anak akibat seringnya mereka terpapar infeksi usus. World Health Organization (WHO, 2021) menyebutkan bahwa sanitasi yang tidak memadai menyumbang hingga 60% dari total angka kejadian penyakit menular di negara berkembang. Hal ini memperburuk siklus kemiskinan, karena masyarakat yang sakit tidak dapat bekerja secara produktif, sementara pengeluaran untuk perawatan kesehatan meningkat.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, baik melalui kebijakan pemerintah maupun partisipasi aktif masyarakat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Edukasi Masyarakat
Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya sanitasi menjadi langkah
awal yang krusial. Kampanye sanitasi dapat dilakukan melalui media massa, kegiatan sekolah, dan pelatihan di komunitas lokal. Edukasi ini bertujuan untuk mendorong perubahan perilaku, seperti tidak buang air besar sembarangan (BABS), serta meningkatkan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun.
2. Pembangunan Infrastruktur
Pemerintah perlu mempercepat pembangunan fasilitas sanitasi yang memadai,
seperti toilet umum, instalasi pengolahan limbah, dan sistem drainase yang baik. Infrastruktur ini penting untuk mencegah akumulasi limbah yang dapat mencemari sumber air minum. Misalnya, program nasional seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia telah berhasil meningkatkan akses sanitasi di pedesaan hingga 60% dalam beberapa tahun terakhir.
3. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah yang efektif, seperti melalui program bank sampah, telah
terbukti membantu mengurangi limbah rumah tangga. Program ini tidak hanya meningkatkan kebersihan lingkungan, tetapi juga memberikan nilai ekonomi tambahan bagi masyarakat. Limbah yang dipilah dengan benar dapat didaur ulang atau dijadikan kompos untuk keperluan pertanian.
4. Kolaborasi Multisektor
Peningkatan sanitasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi
juga memerlukan partisipasi sektor swasta dan organisasi non-pemerintah. Kerja sama ini dapat mencakup penyediaan dana, teknologi, atau pelatihan kepada masyarakat local. (Arofah, dkk, 2023).
Kesimpulan
Sanitasi lingkungan yang baik merupakan elemen vital untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Masalah sanitasi buruk, seperti terbatasnya akses terhadap air bersih dan fasilitas yang layak, telah menjadi penyebab utama berbagai penyakit menular, seperti diare dan kolera, yang berdampak pada tingginya angka kematian serta memperburuk kemiskinan. Oleh karena itu, solusi yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H