Mohon tunggu...
Wulandari D2
Wulandari D2 Mohon Tunggu... -

dulu mahasiswa, jadi pengurus BEM malah, tapi malu mengakuinya, karena habis kuliah ijazah tdk terpakai, lantaran buru-buru k-a-w-i-n. Sekarang repot ngurusin bocah, tapi tetap mengikuti perkembangan dunia,lho...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Waspadai Signal Perang dari PNG

23 Mei 2012   04:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:56 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_183142" align="alignleft" width="302" caption="Powes Parkop. Foto : mthagenwhp.blogspot.com"][/caption]

Pembaca tentu masih ingat berita heboh Kompas.com Selasa, 17 April 2012. Berita di bawah judul “Isu Papua Merdeka Jadi Isu Pemilu Papua Niugini” ini ternyata bukan isapan jempol. Powes Parkop, salah seorangkandidat Perdana Menteri Papua Niugini (PNG) yang saat ini masih menjadiGuberunur Ibukota Port Moresby benar-benar konsisten dengan tekadnya menjadikan isu Papua merdeka sebagai isu kampanyenya untuk merebut kursi Perdana Menteri PNG.

http://internasional.kompas.com/read/2012/04/17/10335323/Isu.Papua.Merdeka.Jadi.Isu.Pemilu.Papua.Nugini

Kali ini, Powes mengeluarkan pernyataan keras. Jika partainya (Sosial Democratic Party/ SDP) menjadi pemenang Pemilu (yang dijadwalkan 23 Juni mendatang) dan menjadi bagian dari pemerintahan PNG, ia akan mendorong penentuan nasib sendiri bagi Orang Papua Barat yang sudah lama ditolak oleh Pemerintah Indonesia.

Indonesia harus mengizinkan langkah yang tepat (bagi Orang Papua Barat) agar hak penentuan nasib sendiri itu terlaksana”. Tegas Parkop.

Parkop bahkan mengancam, jika Pemerintah Indonesia menginginkan investasinya di Papua aman, maka Papua harus diberikan pilihan untuk menjadi Bangsa yang merdeka. Parkop menginginkan adanya integrasi politik dan ekonomi antara PNG, West Papua dan Indonesia.

http://www.rnzi.com/pages/news.php?op=read&id=68373

Signal Perang

Pernyataan Parkop di atas jelas adalah signal perang. Demi Kursi Perdana Menteri, Parkop telah memanfaatkan secara cerdik, keinginan merdeka orang Papua sebagai senjata pamungkas. Ia tahu persis masih jutaan warga eks Papua di PNG. Pemerintah RI baru berhasil memulangkan sekitar 355 ribu jiwa.

Ancaman Parkop mestinya dapat membuka mata Pemerintah Indonesia. Seolah-olah aman atau tidaknya investasi Indonesia di Papua ditentukan oleh Parkop dan PNG, atau Parkop dan warga eks Papua yang masih tinggal di PNG.

[caption id="attachment_183146" align="aligncenter" width="512" caption="Parkop bersama para aktivis Papua. Foto : Kompas.com"]

13377468531335480600
13377468531335480600
[/caption]

Parkop memang sudah lama bergabung dalam gerakan mendukung Papua merdeka. Ia selalu menghadiri berbagai forum terkait isu tersebut. Salah satunya pada Agustus 2011, Powes menghadiri konferensi Road to Freedom soal Papua Merdeka yang digelar Benny Wenda dkk di Oxford, Inggris.  Parkop juga hadir ketia Australia meluncurkan Kaukus Parlemen se-Aisa Pasifik di Canberra untuk mendukung Papua merdeka (IPWP) beberapa waktu lalu.

Terkait Pemilu PNG yang tinggal sebulan lagi, Parkop memang punya target sendiri. Selain memanfaatkan isu Papua merdeka, Parkop juga lihai memanfaatkan pertikaian O'neil dan Somare. Selasa, (22/5/2012) Mahkamah Agung PNG memutuskan kekuasaan Perdana Menteri Peter O’Neill yang didukung Parlemen tidak sah dan Sir Michael Somare harus diangkat kembali.

Bagi Parkop, semakin kisruh pertikaian O'Neill-Somare, semakin menguntungkan. Semakin kencang orang Papua meminta pemisahan diri dari NKRI, semakin strategis isu itu. Karena, di PNG ada jutaan orang-orang Papua pendukung Papua merdeka yang dimasa lalu mengungsi ke negeri itu.

Mungkin Parkop hanya sekedar memanfaatkan harapan orang Papua itu sebagai tema kampanye saja. Tetapi sebagai bangsa, tema atau apapun namanya itu, tetaplah ia bisa mengancam keutuhan kita. Maka, sebaiknya, Pemerintah tidak menganggap sepele ancaman Parkop itu. Perlu respon cepat, karena ini sudah menyangkut ancaman terhadap KEDAULATAN wilayah NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun