Wahai hujan, mari kita bertaruhÂ
Gemuruh siapa yang paling riuh?
Riak airku atau riuh kepalaku? Sayang sekali, kau kalah, Hujan
Nyatanya riuhku lebih lama, tetesan airmu kian tergenang sedangkan memori tentangnya kian terkenang
Semesta sudah terlanjur menampar pipi, bahwa sudah saatnya riuh ini harus diakhiri
Biarlah, aku ingin berlarut-larut sejenak, berharap lupa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!