Mohon tunggu...
Wulandari
Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi kimia-S1 Universitas Lampung

saya lahir di Terpandi pada tanggal 19 maret 2000, saya berasal dari Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, saya anak ke 2 dari 2 bersaudara, hobi saya membaca cerpen dan komik. saya menempuh pendidikan di TK Tunas Harapan, SD Negeri 2 Lehan, SMP PGRI 1 Bumi Agung, MAN 1 Metro dan saat ini sedang menempuh pendidikan sebagai mahasiswi Universitas Lampung Fakultas MIPA jurusan Kimia-S1

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemanfaatan Daun Tempuyung untuk Penyembuhan Infeksi Kulit Akibat Staphylococcus aureus

31 Agustus 2021   09:50 Diperbarui: 31 Agustus 2021   09:53 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu penyebab terjadinya infeksi kulit pada tubuh manusia adalah aktivitas bakteri yang berusaha untuk masuk kedalam tubuh manusia kemudian menyerang tubuh. Bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi kulit contohnya Staphylococcus aureus.

Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan tersendiri untuk mengobati penyakit yang dideritanya terutama pada penyakit seperti infeksi kulit yaitu dengan menggunakan bahan-bahan alam yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar mereka. 


Hal tersebut melatarbelakangi tiga mahasiswa Universitas Lampung yang merupakan salah satu tim PKM Riset lolos pendanaan dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan oleh Dikti dengan beranggotakan Wulandari sebagai ketua tim, Anggi Lefiyani dan Maysya Dhiya R. A. dibawah bimbingan Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S (Dosen Kimia FMIPA Unila) melakukan penelitian tentang pembuatan salep dari daun Tempuyung sebagai penyembuh infeksi kulit terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Tim melakukan penelitian selama 3 bulan, yaitu sejak bulan Juni hingga Agustus 2021. Selama penelitian dilakukan di laboratorium kimia organik dan biokimia FMIPA Unila dikarenakan semua alat pada kedua laboratorium tersebut menunjang pelaksanaan penelitian ini.

Anggi Lefiyani, yang merupakan mahasiswi Program Studi kimia Unila mengatakan, "Dipilihnya daun tempuyung sebagai bahan utama penelitian dikarenakan manfaat dari daun tempuyung itu sendiri mengandung banyak senyawa kimia, seperti golongan flavonoid yang dapat berperan sebagai antibakteri".

Salep dibuat dalam tiga variasi konsentrasi yakni 5, 10, dan 15% b/b menggunakan ekstrak kental etil asetat daun Tempuyung sebab pada pengujian ekstrak tersebut positif mengandung senyawa flavonoid dan aktif antibakteri.

"Hasil yang didapatkan setelah pengujian salep terhadap tikus putih yang telah diberi luka infeksi bakteri menunjukan bahwa salep dengan konsentrasi 10% lebih efisien dibandingkan dengan konsentrasi 5% dan 15% dalam penyembuhan luka, sehingga konsentrasi 10% merupakan konsentrasi optimal ekstrak daun Tempuyung dalam Pembuatan salep" Ujar Maysya (30/08/2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun