Mengupas Dinamika Pendidikan Pancasila: Upaya Menjaga Persatuan di Tengah Polarisasi Sosial
Jakarta, 17 Desember 2024 – Di tengah pergeseran sosial yang semakin pesat, pendidikan Pancasila menghadapi tantangan besar dalam memperkuat persatuan bangsa. Polarisasi sosial yang terjadi, baik di dunia maya maupun dunia nyata, sering kali mengancam kerukunan antarwarga negara. Dalam konteks ini, pendidikan Pancasila menjadi salah satu pilar yang sangat penting dalam membentuk karakter bangsa dan menjaga persatuan di tengah perbedaan.
Sejak diterapkannya kurikulum baru yang memasukkan kembali pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib di sekolah, tantangan dan dinamika pendidikan Pancasila semakin kompleks. Banyak pihak yang menilai bahwa pendidikan Pancasila memiliki potensi besar untuk memperkuat kesadaran berbangsa dan bernegara, serta mengatasi perpecahan yang kerap kali muncul akibat perbedaan politik, agama, dan budaya.
Namun, di sisi lain, ada beberapa kendala yang perlu diatasi dalam implementasinya. Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Pancasila di kalangan siswa dan pendidik. Banyak yang melihat pendidikan Pancasila hanya sebagai pelajaran teori tanpa adanya aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, para pendidik diharapkan mampu mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam proses pembelajaran yang lebih kontekstual dan relevan dengan kondisi masyarakat.
Selain itu, penerapan pendidikan Pancasila juga harus mampu menjawab tantangan globalisasi yang membawa pengaruh budaya luar yang kadang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan. Di sinilah pentingnya peran pendidikan dalam memberikan pemahaman yang seimbang antara keterbukaan terhadap kemajuan zaman dengan tetap mempertahankan jati diri bangsa yang berdasarkan Pancasila.
Para ahli pendidikan menyarankan agar pendekatan pendidikan Pancasila tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, siswa tidak hanya tahu tentang Pancasila, tetapi juga merasa dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Salah satunya adalah dengan memperbanyak kegiatan yang melibatkan interaksi sosial, seperti program pengabdian masyarakat atau diskusi lintas budaya, yang dapat mengurangi kesenjangan sosial dan mempererat hubungan antarwarga.
Dalam konteks ini, banyak sekolah yang mulai mengimplementasikan program-program berbasis nilai Pancasila, seperti kegiatan gotong royong, toleransi, dan kerjasama lintas etnis. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam mengurangi polarisasi sosial yang semakin tajam di masyarakat.
Pendidikan Pancasila tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga menjadi kewajiban setiap elemen masyarakat. Pemerintah, keluarga, dan masyarakat harus bersinergi dalam memupuk semangat kebangsaan dan mengajarkan nilai-nilai Pancasila di setiap lini kehidupan. Dengan demikian, pendidikan Pancasila dapat berfungsi sebagai benteng dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang multikultural dan majemuk.
Sebagai landasan hukum, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan Pancasila merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pasal 3 UU ini menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ke depan, penting bagi pendidikan Pancasila untuk terus dievaluasi dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman, tanpa meninggalkan esensi dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Melalui upaya ini, diharapkan Indonesia tetap bisa menjaga persatuan dan kesatuan dalam menghadapi tantangan sosial yang semakin kompleks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H