Sebelumnya saya ingin menekankan bahwa ini adalah catatan Tome Pires yang dituliskan dalam Suma Oriental. Bukan pendapat saya.
Negeri Tuban bersinggungan dengan negeri Cajongam dan Rembang di satu sisi, seperti yang diutarakan sebelumnya. Sedangkan sisi lainnya bersinggungan dengan Sidayu (Cedayo). Wilayahnya di sepanjang pesisir berada di bawah pengawasan Gusti Pate. Pate Tuban dikenal dengan nama Pate Vira. Sebagai bentuk penghargaan, Gusti Pate menganugerahinya nama Anatimao de Raja, yakni sebuah gelar yang sangat terhormat.
Kota Tuban memiliki serangkaian pagar sejauh tembakan busur ke arah laut. Negeri ini dikelilingi oleh tembok bata, sebagian berupa bata yang sudah dibakar dan sebagian lainnya bata yang dikeringkan dengan sinar matahari. Ketebalannya paling tidak 2 jengkal  sedangkan tingginya 15 kaki. Di bagian luar tembok, terdapat danau berisi air, sedangkan di daratannya terdapat carapeteiro besar yang merayap di tembok. Temboknya dilengkapi dengan lubang -- lubang yang besar maupun kecil, sedangkan bagian dalamnya terdapat mimbar kayu tinggi di sepanjang tembok.
Tuban berada di dataran lapang dan berpenduduk kurang lebih 1000 jiwa di bagiandalam tembok. Setiap orang yang memiliki kedudukan di negeri tersebut memiliki rumah bata, dilengkapi dengan pintu yang dibangun dengan baik. Orang --orang tinggal di dalam rumah ini, seperti yang ia miliki. Satu tembakan jauh busur dari daratan, tempat sedalam 2,3, atau 4 depa dimana anda bisa berlabuh. Satu tembakan berco dalamnya kurang lebih 1,5 depa.
Pada saat air surut, akan muncul ombak pemecah. Kemudian pada saat air surut, dalamnya kembali ke 2 atau 3 tembakan busur. Anda bisa menemukan air segar pada saat air surut serta air yang terasa cukup manis di mata air. Jika anda menjulurkan kaki tanpa menyadari adanya lubang, anda bisa terjebak dalam lumpur hingga setinggi pinggang. Negeri Tuban ini merupakan taklukan Gusti Pate. Tempat ini juga menjadi pelabuhan terdekat menuju Kota Daha (Daya), tempat dimana Gusti Pate tinggal.
Mereka telah membuat kesepakatan, bahwa Gusti Pate akan memberikan bantuan sebanyak 10 atau 20 prajurit pada saat musuh datang menyerang Tuban. kesepakatan ini dibuat mengingat banyk pate Moor di Jawa yang membenci pemimpin Tuban karena ia akrab dengan para cafre. Pria -- pria Tuban adalah para ksatria -- lebih berani dibandingkan orang Jawa lainnya. Tidak ada satu pun penguasa Jawa yang dekat dengannya karena kotanya sangat kuat dan sulit untuk didatangi. Apalagi, ia beraliansi dengan Gusti Pate. Ia adalah seseorang yang tidak takut pada siapa pun dan memiiliki kualitas baik yang ada dalam diri mereka semua.
Kekerabatan dan pertemanannya dengan Gusti Pate telah membuatnya kaya akan benda -- benda bertatah di negerinya. Ia memiliki keris, berbagai macam tombak, trisula berburu, seribu anjing pemburu dan janis lain bloodhound, 200 selir serta rumah -- rumah yang besar dan indah sebagai tempat tinggal. Setiap pagi, ia akan berkendara dengan menggunakan kereta yang diukir dengan ukiran kayu yang sangat indah. Ia biasanya tidak memunculkan diir ke pedesaan, ia cenderung menutup diri. Kecuali pada tengah malam di mana ia terkadang menaiki gajah atau berkuda. Ia menghabiskan waktu selama tiga hari di kota dan lebih banyak lagi waktu untuk berburu. Negeri ini sangat rindang dan menghasilkan beras dalam jumlah besar dari pedalaman. Negeri ini juga menghasilkan berbagai jenis kayu, anggur, ikan dan air berkualitas.
Negeri ini menghasilkan banyak asam dan cabe jawa. Sedangkan kemukus dikirimkan ke tempat ini. Negeri ini juga memiliki daging sapi, daging babi, daging kambing muda dan tua, daging rusa, ayam dan buah -- buahan yang tak terhitung lagi. Negerinya dilimpahi dengan bahan -- bahan tersebut. Ia pun menunjukkan diri sebagai abdi yang royal terhadap raja kita. Jika rakyat ingin berbicara  kepadanya, mereka melakukannya dari kejauhan. Namun pada dasarnya ia merangkul kita semua dan ia berharap, bahwa melalui kejujuran dan keyakinannya, ia akan menjadi orang nomor satu di Jawa. Usianya antara lima puluh lima hingga enam puluh tahun. Ia adalah seorang Jawa dari lahir, kakeknya merupakan seorang pagan dan setelah itu memeluk agama Muhammad. Bagi saya (Tome Pires), pria ini tidak tampak seperti penganut yang benar -- benar yakin terhadap agama Muhammad.
Pada catatan berikutnya, meskipun masih dalam sub judul Tuban, Pires banyak menyebutkan soal Daha yang akan dibahas dilain artikel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H