Mohon tunggu...
Shri Werdhaning Ayu
Shri Werdhaning Ayu Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia Brang Wetan

Anak Lumajang yang lahir di Bumi Lumajang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal "Zanggi" dari Masa ke Masa

6 Agustus 2019   23:47 Diperbarui: 8 Agustus 2019   21:48 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zanggi, tidak banyak yang tau atau pernah mendengar tentang kata ini. Kata Zanggi termuat dalam 2 catatan penjelajah Bangsa Barat dan berkaitan erat dengan Nusantara . Kata Zanggi juga berkaitan erat dengan kontak perdagangan pertama antara bangsa -- bangsa di kepulauan Nusantara dengan bangsa -- bangsa di pantai Afrika. Buku Merveiless de I'Inde memuat sebuah cerita mengenai kerajaan Sriwijaya, menceritakan tentang kera, di sana dituliskan, "binatang -- binatang yang tampak seperti manusia, dengan wajah sehitam wajah orang Zanggi". 

Berikutnya juga diberitakan, "Pada tahun 945/6 Masehi (334 H) tiba "kira-kira seribu perahu" yang dinaiki orang WaqWaq, di daerah "Sofala-nya kaum Zanggi", yaitu di Pantai Mozambik. Orang WaqWaq itu---yang "kepulauannya terletak berhadapan dengan Negeri Cina"---menegaskan sendiri "datang dari jarak yang memerlukan setahun pelayaran". 

Mereka mendatangi pantai -- pantai Afrika untuk mencari "bahan yang cocok untuk negeri mereka dan untuk Cina, seperti gading, kulit kura -- kura, kulit macan tutul, ambar". Yang terutama mereka cari ialah budak Zanggi, "karena orang Zanggi itu dengan mudah menanggung perbudakan, dan karena kekuatan fisik mereka".

Kata jenggi ditemukan dalam istilah daftar budak -- budak dalam prasasti -- prasasti Jawa Kuna, seperti prasasti perunggu yang berasal dari tahun 860 Masehi (782 Saka) yang ditemukan di Jawa Timur. Kata jenggi muncul dalam Prasasti Kacana pada baris 2 lempeng VI sisi belakang. 

Nama orang Si Janggi juga muncul dalam prasasti Lintakan dari perunggu tahun 919 Masehi (841 Saka) dan berasal dari Jawa Tengah. Kata jongi yang berkaitan dengan  perbudakan kulit hitam juga dijumpai dalam prasasti Gandakuti yang berasal dari tahun 964 Saka (1042 Masehi).

Zanggi menjadi saksi bisu perdagangan Kepulauan Nusantara dan Afrika hingga di masa kini. G- Ferand mengutip sebuah teks yang menunjukkan bahwa orang Portugis masih menjumpai pelaut -- pelaut Jawa di Madagaskar, ketika mereka sendiri tiba di tempat itu pada abad ke -- 16, dan pada abad ke- 17 orang Belanda sedikit banyak melanjutkan lalu lintas itu dengan mengimpor budak -- budak Madagaskar ke Sumatera untuk dipekerjakan dalam tambang emas Salida. 

Meskipun begitu, satu -- satunya kenangan yang tersisa hingga hingga sekarang adalah keberadaan kelapa ganda besar -- besar dari pohon kelapa Kepulauan Seychelles yang terdapat dalam tempat minum atau tempat sirih di antara pusaka keluarga -- keluarga ningrat di Jawa dan di pulau -- pulau lain. sering diperkirakan bahwa kelapa itu terdampar di pantai Indonesia oleh arus laut, tetapi ada tanda bukti bahwa beberapa buah sengaja dibawa pulang dari pelayaran jauh. Buktinya adalah nama yang selalu diberikan kepada buah itu di Sulawesi : pao jengki, artinya "Buah Dari Negeri Zanggi".

Hal yang menarik tentang kata Zanggi adalah informasi bahwa Zanggi, jengki, jongi, jenggi,  merujuk kepada orang -- orang berkulit hitam dari pantai -- pantai Afrika yang dibawa ke Kepulauan Nusantara dan banyak dijual sebagai budak. 

Perdagangan budak ini terjadi sejak jaman kerajaan Hindu -- Budha, yang tertua berasal dari tahun 860 Masehi, dan masih berlangsung hingga bangsa Portugis menginjakkan kaki ke pantai Afrika. Dipercaya atau tidak, nenek moyang kepulauan Nusantara sudah melakukan pelayaran hingga mencapai pantai -- pantai Afrika seperti Pantai Mozambik dan Madagaskar. 

Dengan pengetahuan mengenai astronomi -- menentukan arah dan musim menggunakan bintang---telah terbentuk jalur pelayaran Kepulauan Nusantara -- Pantai Afrika yang mungkin juga dijadikan pedoman bagi bangsa -- bangsa barat untuk melanjutkan pelayaran mereka menjelajahi dunia timur jauh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun