Tasikmalaya – Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Ciangir, yang menjadi lokasi pembuangan sampah utama bagi Kota Tasikmalaya, kini menghadapi ancaman serius terkait kapasitas. Setiap harinya, TPA Ciangir menerima sekitar 200 ton sampah, yang membuatnya hampir mencapai titik penuh. Berdasarkan estimasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya, TPA ini hanya mampu menampung sampah selama kurang lebih dua tahun lagi. Dengan situasi ini, ancaman terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat semakin nyata.
Menurut pengalaman saya sebagai mahasiswa magang di DLH Kota Tasikmalaya, isu ini menjadi perhatian genting, terutama mengingat dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan jika TPA mencapai over kapasitas. Sayangnya, sebagian besar warga Tasikmalaya masih belum menyadari kondisi kritis TPA Ciangir, yang berakibat pada minimnya kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Hal ini terlihat dari banyaknya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) liar yang masih bermunculan di berbagai sudut kota.
Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan mengedukasi masyarakat untuk mulai mengolah sampah dari rumah. Dengan memilah dan mengolah sampah organik dan nonorganik secara mandiri, sampah yang dihasilkan tidak perlu sepenuhnya dibuang ke TPA. Langkah ini, selain mengurangi beban di TPA juga dapat mencegah kerusakan lingkungan di masa depan. DLH Kota Tasikmalaya juga terus mendorong masyarakat untuk menerapkan sistem reduce, reuse, dan recycle (3R), agar sampah yang sampai ke TPA dapat diminimalkan. Dari permasalahan tersebut, diperlukan peran aktif seluruh lapisan masyarakat untuk mengatasi permasalahan ini.Â
Kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat menjadi faktor penting untuk keberhasilan upaya ini. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengelola sampah dari rumah dapat menjadi langkah awal yang sangat berarti. Selain itu, dukungan masyarakat dalam mengurangi penggunaan plastik dan memilah sampah akan sangat membantu mengurangi beban TPA Ciangir.
Dengan waktu yang tersisa semakin sedikit, diperlukan langkah cepat dan efektif untuk menghindari ancaman lingkungan yang lebih besar di masa depan. Jika seluruh elemen masyarakat Kota Tasikmalaya dapat bersatu dalam menghadapi tantangan ini, ancaman dari over kapasitas TPA Ciangir bisa ditekan, dan lingkungan kota akan tetap terjaga. TPA Ciangir, yang dulunya dianggap sebagai solusi, kini berubah menjadi ancaman nyata bagi lingkungan Kota Tasikmalaya. Tanpa tindakan-tindakan tersebut, dampak buruk dari over kapasitas TPA ini akan semakin sulit untuk dihindari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H