Kisah fiksi petualangan Candide setelah diusir dari kediaman Baron Thunder-ten-tronck memang bukanlah kisah petualangan terbaik, namun rangkaian kalimat ringan dengan penuh sindiran yang dibentuk oleh Voltaire untuk menceritakannya mampu menjadikan kisah Candide menjadi kisah petualangan yang menarik.
Gaya Voltaire yang semena-mena dalam memainkan para tokoh pada rangkaian peristiwa yang berlangsung sat set dan tak masuk akal itu bisa menjadi salah satu ciri khas dari buku ini. Voltaire melukiskan sketsa nyata tentang dunia dan kehidupan yang berantakan dengan bumbu berupa irasional.
"Bahwa segala sesuatu tidak bisa lain keadaannya dari sekarang ini. Segala sesuatu diciptakan untuk tujuan tertentu, maka tak bisa lain tentu tujuan yang terbaik. ... Makanya mereka yang beranggapan bahwa segala sesuatu berjalan baik, sesungguhnya tolol sekali. Yang betul adalah segala sesuatu berjalan sebaik-baiknya." (Voltaire, p.3-4)
Barangkali pertikaian renungan filsafat terkait anggapan bahwa segala sesuatu telah diatur dan dijadikan sebaik-baiknya yang diangkat dalam kisah Candide inilah alasannya. Candide menyusun olokan atas pemikiran itu dengan membuat beberapa tokoh yang hidup lalu mati, kemudian tokoh yang mati lalu hidup lagi. Voltaire berani mengusung cerita dengan kisah petualangan yang tampak berantakan sebagai bentuk kritiknya.
Karakter Candide dibuat konsisten dengan perangai baiknya, Voltaire seolah enggan kehilangan Candide si lugu untuk mengupas dan menyindir pemikiran-pemikiran filsafat yang tak sejalan dengannya.
Candide menurut saya bukan hanya kisah petualangan sederhana. Semakin banyak kita membalik lembar yang ada, semakin kita diajak mengerutkan dahi sambil berbicara mengenai pandangan kehidupan yang fana dan bagaimana Voltaire menunjukkan pandangan itu bekerja, yah walaupun dalam alur yang cukup menggelikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H