Wae Rebo, kampung adat yang terletak di timur Indonesia yang memiliki ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut  merupakan salah satu situs warisan budaya dunia yang telah diakui oleh UNESCO. Pada tanggal 29 Mei 2021 saya bersama saudara laki-laki saya merencanakan perjalanan liburan ke Provinsi Nusa Tenggara Timur.Â
Kami menaiki pesawat langsung ke Labuan Bajo dari Jakarta (Soetta), kami berangkat pukul 10.40 WIB dan tiba di Bandar Udara Labuan Bajo pukul 13.20 WITA.Â
Waktu itu kami dijemput oleh Driver yang sudah kami pesan sebelumnya, Om Kasmir. Dia adalah kolega dari teman saya yang berasal dari Kupang, Om Kasmir yang akan mengantar kami menuju desa Wae Rebo (Rp. 1,500,000/mobil Pulang-Pergi, kapasitas mobil 5-6 penumpang, kontak om Kasmir bisa menghubungi saya). Perjalanan kami menuju desa Wae Rebo sekitar 4-5 jam dari Bandar Udara Labuan Bajo.
Kami tiba di desa yang berada tepat di bawah desa Wae Rebo pukul 19.00 WITA, kami dianjurkan untuk tidak naik ke atas karena matahari sudah turun dan gelap malam sudah menyelimuti desa ini, juga ditakutkan akan ada ular yang mengganggu kami selama dalam perjalanan menuju desa Wae Rebo.Â
Kami memutuskan untuk bermalam di rumah warga (Rumah Bapak Sbas dan Mama Hosi), Bapak Sbas ini juga yang menjadi pemandu kami untuk naik menuju desa Wae Rebo. Untuk bermalam di Rumah Bapak Sbas dan untuk jasa menjadi pemandu, kami mengeluarkan uang Rp. 400,000 (untuk 2 orang).
Perjalanan ke desa Wae rebo dimulai pukul 05.10 WITA, kami naik ojek untuk menuju pos 1 kurang lebih sekitar 20 menit dengan jarak tempuh 4 kilo meter (Rp. 50.000).Â
Sesampainya di Pos 1, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 2 dengan berjalan kaki sekitar 1 jam dengan jarak 2 kilo meter, trek yang dilalui cukup berat karena selalu menanjak dan kebetulan habis hujan yang menjadikan jalanan licin dan basah (Disarankan untuk memakai sepatu/sandal gunung). Sesampai di Pos 2 pukul 06.30 WITA, disuguhkan dengan pemandangan sunrise yang indah saat berada di Pos 2.
Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan sejauh 3 kilo meter dengan trek yang tidak terlalu terjal. Kami tiba pukul 07.10 WITA, sebelum kami tiba  pemandu kami membunyikan kentongan sebagai tanda bahwa ada tamu yang akan datang.Â