Permasalahan COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) yang terjadi saat ini masih belum terselesaikan. Dimana pandemik ini berdampak pada berbagai sektor kehidupan, termasuk pendidikan yang menyebabkan menteri pendidikan dan kebudayaan RI mengeluarkan kebijakan No.3 Tahun 2020 serta Surat Edaran No.4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) yang salah satunya berisi tentang himbauan untuk belajar di rumah.
Dengan beralihnya proses pembelajaran dari sekolah ke rumah, justru memunculkan beberapa permasalahan dan kendala lainnya. Diantaranya adalah menurunnya minat anak, kebosanan karena tugas yang bertambah namun kurang paham materi pembelajaran yang juga menjadi kendala yang dialami orang tua sebagai pendamping anak.
Namun, di samping itu ada salah satu sisi positif yang dapat diambil dari masa pandemik ini, yakni adanya kesadaran lebih dari orang tua mengenai tugasnya dalam mendidik anak. Dimana selama ini sebagian menganggap bahwa mendidik anak adalah tugas para guru di Sekolah, sehingga beberapa diantara orang tua tersebut mengabaikan tugas penting mereka dalam mendidik anak.
Terkait mendidik anak, sebagian lain dari orang tua sudah melakukannya, hanya saja beberapa diantaranya masih belum mengetahui cara dan metode yang tepat untuk mendidik anaknya tersebut. The important thing that we have to is 'Character Building'. Artinya, sebelum mendidik orang lain tentu hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang pendidik adalah mendidik dirinya sendiri. Hal itu dilakukan agar orang yang dididik percaya akan didikannya. Selain itu, seorang pendidik harus bisa menanamkan nilai dasar pada diri yang akan memberikan dampak besar kepada orang lain (akhlak). Sebagaimana dalam buku Dr. H. Aam Abdussalam, M.Pd, yang menjelaskan bahwa setidaknya ada 9 prinsip pembelajaran yang ditemukan dari pengkajian terhadap konsep ta'lm dalam Alquran.
Dimana salah satunya adalah prinsip uswiyyah atau keteladanan yang berarti sebuah pembelajaran yang membentuk sebuah wujud konkrit berupa perilaku nyata dan hal ini diawali oleh sang pengajar yang menjadi teladan yang mampu menampilkan diri dan perilakunya sebagai rujukan peserta didik dalam proses pengembangan diri pribadinya.
Adapun beberapa cara atau langkah yang dapat dilakukan seorang pendidik agar apa yang diajarkan tidak hanya sekedar transfer pengetahuan melainkan juga sampai ke hati orang yang dididik, diantaranya :
Pertama, seorang pendidik (guru maupun orang tua) harus membersihkan hati dari segala penyakitnya (penyakit rohani) seperti iri, dengki, amarah, dan sebagainya. Karena sebagaimana ajaran Rasulullah bahwa mendidik harus dengan kasih sayang. Sebagaimana prinsip rahmaniyah yang berarti pembelajaran dibarengi tindakan yang mengandung intensitas kasih sayang, kesungguhan dan ketulusan.
Kedua, dalam komunikasi seorang pendidik harus bisa menyesuaikan bagaimana tingkat intelektual dari orang yang dididik. Misalnya, jika yang dididik adalah anak usia 6 tahun dan baru diajarkan sholat atau ibadah tentu orang tua yang mendidik tidak akan menggunakan dalil Qur'an mengenai perintah wajib sholat namun menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana atau mulai dari mencontohkan. Begitupula dalam pelajaran lainnya, orang tua yang mendampingi harus bisa menempatkan diri sebagai anak, maksudnya adalah dengan tidak menggunakan Bahasa yang rumit atau yang cenderung sulit dimengerti oleh anak.
Ketiga, seorang pendidik harus memahami karakteristik orang yang dididiknya. Hal ini dikarenakan seorang pendidik harus menyesuaikan bagaimana metode ajar yang sesuai diberikan kepada didikannya. Terutama sebagai orang tua, sudah menjadi kewajiban dalam memahami karakteristik anak. Dengan begitu orang tua bisa menyesuaikan situasi dan kondisi yang dirasa nyaman untuk anak belajar. Selain itu, ketika memberikan tugas pastikan jika beban yang diberikan sesuai dengan kemampuan orang yang dididiknya. Jangan sampai karena tugas yang diberikan terlalu membebani membuat dia tidak mau belajar lagi.
Terakhir, seorang pendidik harus memiliki sikap yang penuh dengan kesabaran. Sabar merupakan poin yang penting bagi seorang pendidik, selain karena setiap manusia Allah berikan kemampuan yang berbeda-beda baik itu dalam sisi kognitif, psikomotor maupun afektifnya, juga karena apa yang disampaikan dengan hati akan menyentuh hati, dibandingkan dengan emosi yang membekas atau malah menyakiti.
Semoga bermanfaat :)