Mohon tunggu...
Wulan Nindasari
Wulan Nindasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Komunikasi Universitas Siber Asia

print #helloworld

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hilma Tudalfa dan Perjuangannya Mencari Pendonor Darah saat Pandemi

27 November 2021   02:43 Diperbarui: 27 November 2021   02:52 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir dua tahun pandemi menyerang dunia, hal ini menjadi masalah bagi semua orang di belahan dunia tidak terkecuali para penderita Thalasemia. Hilma Tudalfa adalah warga Cianjur yang merupakan seorang penderita Thalasemia mayor, beliau mengaku sangat kesulitan mencari pendonor darah apalagi disaat pandemi saat ini.

Thalasemia merupakan penyakit kelainan genetik yang merusak sel darah merah, sehingga darah tidak dapat menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh dengan baik. Thalasemia mayor adalah salah satu dari jenis penyakit ini, yang memiliki nama lain anemia Cooley.

Thalasemia mayor merupakan jenis thalasemia  tergolong berat dan membutuhkan pengobatan secara intensif.

Jenis lainnya, thalasemia minor, biasanya memiliki tingkat keparahan yang tergolong ringan hingga sedang.

Penyakit ini merupakan penyakit genetik alias diturunkan. Artinya, dapat diturunkan dari orangtua ke anaknya. Itu sebabnya, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit thalasemia berisiko lebih besar mengalami kondisi ini juga.

Ibu Hilma Tudalfa merupakan wanita berusia 50 tahun yang harus menalani pengobatan thalasemia seumur hidupnya. Beliau harus melakukan tranfusi darah setiap 2 minggu sekali untuk bisa bertahan hidup Mencari pendonor darah tergolong susah di saat sebelum pandemi, apalagi sesudah pandemi.

Selama pandemi ini ibu Hilma mengaku sangat kesulitan mencari pendonor darah, dikarenakan beliau harus melakukan tranfusi darah setiap 2 minggu sekali sedangkan stok darah di PMI Cianjur sangat minim di saat pandemi seperti ini. Untuk mendapatkan pendonor, beliau terkadang membuat postingan di sosial media dengan memberikan bayaran untuk orang yang mau mendonorkan darahnya.

" Saya suka membuat postingan di sosial media, baik itu postingan di akun saya secara langsung maupun membuat postingan di komunitas pendonor darah gitu. Dan terkadang ada beberapa orang yang meninggalkan komentar dan menyatakan bersedia untuk menjadi pendonor."

Beberapa pendonor biasanya berasal dari kalangan pekerja posyandu maupun puskesmas yang tersebar disekitar cianjur. Para pendonor datang ke PMI Cianjur untuk melakukan donor darah darah lalu darahnya di serahkan ke RSUD Cianjur dimana beliau menjalani transfusi darah.

Beliau mengaku kadang malu jika ada pendonor yang tidak mau di beri imbalan sama sekali. " Saya terkadang malu jika ada pendonor yang sama sekali tidak mau menerima imbalan. Semoga amal baik para pendonor ini  di balas oleh Allah SWT dengan rezeki yang lebih besar dan kesehatan, Amin."

Thalassemia mayor maupun hemofila membutuhkan perawatan jangka panjang, biaya perawatan dan obat-obatannya tidaklah murah. Bisa mencapai belasan hingga puluhan juta rupiah setiap bulan. Dalam hal ini Ibu Hilma Tudalfa menggunakan JKN KIS selama menjalani pengobatan.

Tidak hanya beliau yang menderita penyakit ini, berdasarkan data tahun 2020 setidaknya ada 270 orang penderita Thalassemia di cianjur yang mengalami kasus yang serupa dengan ibu Hilma. 10 orang di antaranya meninggal dunia karena terlambat mendapat pasokan darah yang wajib dilakukan rutin setiap bulannya, untuk bertahan hidup karena kekurangan sel darah merah.

Dikarenakan minimnya pendonor darah selama pandemi, menjadi faktor utama terlambatnya penderita thalasemia mendapat pasokan darah yang sesuai dengan golongan darahnya.

UDD PMI Cianjur bekerja sama dengan intansi ataupun perusahaan-perusahaan industri besar di daerah cianjur, baik di desa maupun daerah perkotaannya untuk melakukan kegiatan donor darah. Setidaknya ada 150 labu darah yang terkumpul setiap melakukan kegiatan donor darah di perusahaan-perusahaan sebelum pandemi. tapi semenjak pandemi kegiatan donor darah ke perusahaan-perusahaan ini tidak bisa dilakukan. Hal ini menjadikan stok darah di PMI Cianjur sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan sebelum pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun