Istilah penikmat senja dan peminum kopi tampaknya kini sudah tidak asing lagi. Istilah-istilah tersebut banyak muncul di media sosial seperti twitter, instagram, tiktok. Bahkan banyak anak muda masa kini yang menyematkan frasa-frasa tersebut dalam profil akun mereka atau berbagai postingan lainya seperti foto matahari terbenam dengan secangkir kopi disertai caption puitis yang nampaknya kini telah menjadi tren.
Kopi dan senja bukan hanya dua kata tanpa makna melainkan seringkali dikaitkan dengan musik indie. Bahkan banyak yang mengatakan wajib hukumnya penikmat musik indie untuk menyukai kopi dan senja. Ketiganya membentuk menjadi tiga serangkai dan menjelma menjadi budaya popular. Orang-orang penikmat tiga serangkai ini biasa disebut sebagai anak indie. Istilah anak Indie secara tidak langsung menjadi framework baru dalam kehidupan anak muda di era millenial. Dari mulai gaya hidup, kesukaan dalam bermusik, kebiasaan dalam tulisan, semuanya memiliki satu pola yang sama.
Anak indie adalah istilah yang mungkin sering Anda dengar akhir-akhir ini. Istilah ini sering digunakan oleh para remaja dan dewasa muda dalam interaksi sosialnya. Fenomena penyebutan anak indie membuat orang yang belum pernah mendengarnya bertanya-tanya apa sebenarnya arti dari anak Indie?
Saat ini, khususnya di Indonesia, kata indie sepertinya semakin meluas maknanya. Indie diartikan sebagai orang yang suka mendengarkan musik-musik dari musisi indie, sekaligus menyukai aktivitas pendakian, suka sunset di saat matahari terbenam, suka membaca buku puisi, minum kopi dan memiliki kepribadian yang lembut, terutama saat hujan.
Kata indie kini telah bergeser makna menjadi gaya hidup. Padahal makna awal kata indie sangat jauh berbeda dengan yang identik digunakan hari ini.
Kata indie sendiri sebenarnya memiliki arti bebas dan mandiri yang berasal dari bahasa inggris yaitu independent. Kata indie tidak merujuk pada gaya hidup atau pun aliran musik melainkan disematkan untuk musisi yang memproduksi lagunya secara independen. Munculnya fenomena kopi, senja dan anak indie tersebut memang beriringan dengan semakin naik daunnya penyanyi atau band indie. Musik indie berkembang di Indonesia sejak tahun 1990 yang dikenal dengan musik underground dengan genre musik metal atau rock. Seiring berkembangnya waktu musik indie kembali popular dengan jenis genre yang lebih beragam seperti lagu-lagu yang dibawakan oleh Efek Rumah Kaca, Fiersa Besari, Hindia, Kunto Aji dan masih banyak lainya.
Munculnya fenomena kopi-senja dan anak indie yang dianut oleh anak muda saat ini turut menjadi bukti semakin eksisnya musisi indie. Meskipun yang dimaksud lebih merujuk kepada para penikmat musik folk, tetapi hal itu menunjukkan semakin diterimanya para musisi indie di masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H