Â
Desa Rejoagung merupakan desa yang terletak di bagian paling utara dari wilayah Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi. Secara garis besar, pendapatan masyarakat berasal dari sektor pertanian, peternakan, perkebunan, perdagangan.dan jasa. Sedangkan, pendapatan asli desa diperoleh dari hasil pengelolaan kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, gotong royong, bantuan dari bagi hasil pajak kabupaten serta Alokasi Dana Desa (ADD). Keadaan prasarana sampai saat ini terdapat beberapa ruas jalan yang telah memperoleh pengerasan (pengaspalan) namun masih terdapat beberapa jalan yang belum diaspal, tersedianya saluran irigasi yang memadai, terdapat satu pasar desa, sumber air bersih dan sarana prasarana pendukung lainnya. Pada bidang pemerintahan umum, optimalisasi pelayanan masyarakat yang berkaitan dengan kependudukan, perijinan, ketentraman dan ketertiban umum berjalan dengan baik karena didukung oleh jumlah perangkat desa yang cukup memadai. Sehingga, memudahkan proses administrasi pemerintahan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Desa Rejoagung merupakan salah satu desa di wilayah Banyuwangi yang mempunyai potensi besar dalam peningkatan produksi gula kelapa, namun sampai sekarang produksi gula kelapa di sana belum berkembang secara modern. Kondisi pengrajin gula kelapa di Desa Rejoagung masih tergolong ekonomi menengah ke bawah. Menjadi pengrajin gula kelapa sudah ditekuni masyarakat pengrajin sejak pendahulu-pendahulu mereka. Menurut mereka menjadi pengrajin gula kelapa tidak memerlukan keahlian khusus dalam bekerja. Keadaan tersebut berlangsung hingga sekarang disebabkan karena minimnya pendidikan masyarakat Desa Rejoagung yang mayoritas adalah lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Gula kelapa sangat menunjang perekonomian masyarakat miskin di pedesaan khususnya Desa Rejoagung karena memiliki pasaran yang cukup baik tetapi kurangnya kesadaran dari masyarakat akan peluang tersebut. Oleh sebab itu diperlukan suatu kondisi yang dapat merangsang masyarakat dalam memproduksi gula kelapa dengan inovasi baru yang lebih mengikuti perkembangan zaman.
Pada masa pandemi COVID-19 ini, terdapat beberapa dampak yang dirasakan oleh pengrajin gula kelapa. Dimana harga gula kelapa di pasaran mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu akibat adanya pandemi ini. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh pengrajin gula kelapa yaitu dengan menjualnya kepada pengepul gula kelapa yang akan memasarkan gula kelapa antar kabupaten. Sehingga, harga yang dipatok tiap pengepul yang satu dengan yang lain akan berbeda. Pembuatan gula kelapa ini menggunakan "legen" yaitu cairan (nira) yang disadap dari bunga kelapa setiap pagi dan sore. "Legen" ini sangat dipengaruhi oleh cuaca, dimana saat musim pancaroba seperti sekarang legen yang dihasilkan tidak begitu baik. Sehingga, legen yang akan dibuat menjadi gula akan sulit untuk mengeras, warna gula yang dihasilkan sedikit hitam, dan rasa gula kelapa sedikit pahit. Hal tersebut mengakibatkan harga gula kelapa menjadi lebih murah karena warna dan rasa yang dihasilkan kurang begitu baik. Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat mengakibatkan beberapa dampak yaitu berkurangnya pendapatan pengrajin gula kelapa. Pengrajin gula kelapa juga mengalami kesulitan dalam mengelola ekonomi karena banyak di antara mereka yang terbelit hutang kepada pengepul tanpa adanya jalan keluar.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka saya Wulan Fitria Dewi selaku mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Back To Village III (KKN BTV III) yang berasal dari Universitas Jember membuat program kerja untuk meningkatkan daya jual gula kelapa, sehingga meningkatkan pendapatan pengrajin gula kelapa. Rangkaian program yang dilakukan yaitu melakukan pendampingan kepada salah satu keluarga pengrajin gula kelapa dalam program pemberdayaan wirausaha yang terdampak COVID-19. Sasaran yang dituju adalah Ibu Saripah. Ibu Saripah adalah pengrajin gula kelapa yang sudah melakukan usaha gula kelapa selama 25 tahun. Ibu Saripah tinggal di Dusun Sumbergroto, Desa Rejoagung, Kecamatan Srono, Banyuwangi. Ibu Saripah bersama suami saling bahu-membahu menjalankan usaha gula kelapa ini. Suami Ibu Saripah bertugas untuk memanjat pohon kelapa mengambil legen. Sedangkan, Ibu Saripah bertugas untuk memasak legen hingga matang dan mencetaknya menjadi gula. Setiap hari Ibu Saripah memproduksi gula kelapa hingga 30 kg per hari
Â
Program kerja yang akan dilakukan yaitu melakukan pembuatan gula kelapa namun dengan bentuk yang berbeda dari biasanya. Gula kelapa akan dicetak dengan ukuran yang lebih kecil dimana ukuran tersebut dapat memudahkan untuk dikonsumsi sekali pakai pada minuman atau produk makanan lainnya, tanpa perlu dipotong-potong terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan proses packaging yang lebih menarik. Dimana gula kelapa di pasaran belum ada packagingnya, sehingga dibuat inovasi diberikan packaging. Setelah itu, pada packaging akan diberikan stiker dan logo yang menarik sehingga dapat menjadi identitas dari gula kelapa ini. Pemasaran yang dilakukan pada program kerja ini tidak hanya dijual pada pengepul, namun akan dipasarkan melalui digital marketing. Online market place yang akan dipilih yaitu sosial media seperti Instagram, Whatsapp, Tik Tok, dan online shop seperti shopee.
Dampak yang diharapkan dari program kerja tersebut yaitu meningkatkan nilai jual gula kelapa dimana gula kelapa yang berukuran kecil di pasaran lebih mahal. Pada program kerja yang akan dilakukan juga diberikan packaging, branding, dan logo. Dimana hal ini dilakukan dengan harapan pengrajin gula kelapa dapat mulai belajar untuk memberikan identitas pada produksi gula kelapa yang dilakukan, sehingga meningkatkan pemasaran produk pada masyarakat luas. Pemasaran yang dilakukan secara digital bertujuan agar produk dapat dipasarkan secara luas, tidak hanya terbatas pada satu tempat saja namun dapat dijangkau oleh konsumen lainnya. Sehingga, gula kelapa ini tidak hanya dinikmati oleh masyarakat di daerah ini namun dapat menjangkau daerah lain di seluruh Indonesia.
Berikut canva dan roadmap  dari penulis :Â