Dalam ekonomi konvensional, pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya dipengaruhi oleh sektor pertanian, pertambangan, industri inovasi teknologi transportasi maupun elektronik. Namun, trend abad 21 memperlihatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara mampu didorong oleh industri kecantikan.
Di tengah tingginya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan kulit, industri skincare telah menjadi katalis pertumbuhan wirausaha baru dan penguatan ekonomi nasional. Di samping munculnya beautypreneur dan merk-merk skincare lokal, perusahaan maklon juga meningkat sangat pesat. Industri skincare khususnya di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir.Â
Salah satu faktor pendorong utamanya adalah berkembangnya industri maklon skincare, yang membuka pintu lebar bagi para wirausaha untuk memasuki pasar kecantikan dengan modal dan risiko yang relatif terkendali. Konsep maklon, yang memungkinkan pelaku usaha untuk memproduksi produk skincare tanpa harus membangun fasilitas produksi sendiri, telah menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi kreatif di sektor kecantikan.
Fenomena ini didukung data Asosiasi Industri Kosmetik Indonesia (AIKI):
- 2.300 brand skincare baru dalam 2 tahun terakhir
- 85% menggunakan jasa maklon
- Rata-rata break even point tercapai dalam 8-12 bulan
- 35% berhasil menembus pasar ekspor
Maklon skincare pada dasarnya adalah model bisnis dimana perusahaan jasa produksi (produsen) menyediakan layanan pembuatan produk skincare untuk klien yang ingin memiliki merek dagang sendiri. Proses ini mencakup formulasi produk, pengemasan, hingga pengembangan desain kemasan sesuai keinginan klien. Keunggulan model bisnis ini terletak pada fleksibilitas dan efisiensi biaya yang ditawarkan, memungkinkan wirausaha untuk fokus pada strategi pemasaran dan pengembangan merek.
Data Kementerian Perindustrian mencatat, sepanjang 2023 industri maklon skincare tumbuh 27% dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 18,5 triliun. Pertumbuhan ini jauh di atas rata-rata industri nasional yang berada di angka 5,2%. Pesatnya pertumbuhan pasar kecantikan di Indonesia telah menciptakan ekosistem yang kondusif bagi para wirausaha muda untuk mengembangkan bisnis skincare mereka tanpa harus mengeluarkan modal besar.
 Dengan modal relatif terjangkau dan dukungan dari industri maklon, para pelaku usaha dapat dengan cepat menghadirkan produk skincare yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hal ini tidak hanya mendorong kreativitas tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan mendukung ekonomi kreatif nasional.