Mohon tunggu...
Wuanlu Balatjai
Wuanlu Balatjai Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ilmu Teologi

saya Juan V Balatjai, saya menyelesaikan studi S1 di Universitas Kristens Satya Wacana. hobi saya yaitu bermain bola dan bermain catur

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keberuntungan seorang Anak

9 November 2024   09:17 Diperbarui: 9 November 2024   09:37 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seringkali banyak orang merasa ketika ia diperlakukan berbeda dari orang lain dalam hal ini diperlakukan spesial yakni dituruti semua kemauannya, maka merasa mendapatkan keberuntungan di dalam hidupnya. Didalam hubungan "pacaran" seorang perempuan akan merasa paling beruntung ketika mendapatkan seorang pria yang mampu memahami hal-hal kecil yang ia butuhkan, apapun kemauannya pasti dituruti oleh pasangannya. Begitupun di dalam keluarga, seorang anak, ketika di dalam keluarga, misalnya ada 3 bersaudara seringkali salah seorang anak pasti merasa ia yang paling beruntung karena kemauannya selalu dituruti oleh orang tuanya.

Menurut penulis, keberuntungan seseorang anak bukanlah ketika semua kemauannya dituruti oleh orang tua, melainkan seorang anak yang dapat bercerita bersama dengan ayah, membuat lelucon bersama dengan ayahnya kepada sang Ibu dan saudara-saudara perempuan. Keberuntungan seorang anak yaitu ketika ia dapat duduk bersama dengan sang ayah dan mampu memahami apa arti hidup dan kehidupan dari raut wajah seorang ayah, artinya ia mampu memahami keadaan dari sang ayah, untuk itu ia merelakan kemampuannya, kekuatannya, dan waktu tidurnya bahkan tidak melanjutkan makan demi panggilan sang ayah untuk menjaga dan merawat sang ayah. Inilah keberuntungan seorang anak, kenapa ini adalah keberuntungan seorang anak, karena di dalam kelemahan yang di alami oleh sang ayah, ia memberikan makna hidup dari kehidupan.

Menurut penulis, keberuntungan seorang anak bukanlah ketika semua kemauannya dituruti oleh orang tua, melainkan seorang anak yang dapat duduk bersama dengan sang ibu untuk mendengarkan nasihat dari sang ibu dan melakukan nasihat itu. Keberuntungan seorang anak yaitu ketika ia mampu memahami setiap tetesan keringat sang ibu. Keberuntungan seorang anak yaitu ketika ia bangun malam dan ia mendapati mama sedang membuat kue demi kehidupan mereka, kemudian dipagi hari bersama-sama dengan sang ibu untuk pergi ke kebun mengikat pagar kebun, dan menyemprot cairan herbisida di kebun, demi makan setiap hari mereka, dan yang paling beruntung dari seorang anak yaitu ketika ia bangun tidur dini hari, ketika lonceng gereja berbunyi, dan dibalik pintu kamar ia mendengarkan mama berdoa menyebutkan nama anak-anaknya, dan namanya yang paling akhir disebut, dan doa tersebut dibuka dengan tetesan air mata dan suara tangisan. Jadi keberuntungan seorang anak bukan ketika keinginannya dituruti melainkan bagaimana seorang anak mampu memahami keadaan dan kondisi orang tuanya, yang secara implisit memberikan makna hidup kepada seorang anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun