Pada hari kamis sekitar pukul 14.00 WIB, saya bersama dengan teman-teman kos kami bercanda bersama, kami meledek teman kami yang pada saat itu mengalami putus cinta. Kami berdiskusi bersama untuk memberikan dia saran dalam masalah yang ia hadapi. Teman kami terlihat begitu depresi, kami lantas menanyakan kepada dia. Bagaimana sosok perempuan (mantan pacarnya) bagi dia?, ia pun menjawab bahwa perempuan tersebut berbeda dengan perempuan yang lain, ia memiliki keunikan tersendiri dari banyak wanita yang ia temui. Saya dengan penuh kesadaran melihat bahwa teman saya ini, masih memiliki rasa cinta kepada "mantan pacarnya". Kemudian saya bersama dengan salah seorang teman kos, memberikan saran kepada untuk balikan, dengan bersama-sama saya dengan salah seorang teman kos mengatakan bahwa "kamu harus menemui perempuan (mantan pacarnya), kamu harus berbicara dari hati agar dapat tersampaikan ke hati, bila perlu kamu menangis". Ia pun mengatakan "berikan saya waktu kaks". Dalam berjalannya waktu, hari-hari teman kami pun menjadi tidak baik, ia mengalami sakit kepala selama beberapa hari. Ketika teman saya mengalami putus cinta, ia begitu sering minum "coffe good day". Ketika ia meminum minuman tersebut kami mengatakan kepada dia bahwa tidak selamanya orang yang suka minum "coffe good day" mendapatkan "good day".
Berselang satu minggu, hari senin pukul 13.00 WIB ia kembali ke kos dengan wajah yang begitu gembira. Saya bertanya kepada dia, kamu sudah sembuh? Ia menjawab dengan penuh kegirangan bahwa saya tidak sakit kak, tanya saya kenapa? Jawabnya karena saya sudah balikan. Jadi saya berpikir sejenak, apakah ini ada kaitan dengan minum coffe good day?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H