Mohon tunggu...
Wuanlu Balatjai
Wuanlu Balatjai Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ilmu Teologi

saya Juan V Balatjai, saya menyelesaikan studi S1 di Universitas Kristens Satya Wacana. hobi saya yaitu bermain bola dan bermain catur

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perempuan dan Peradaban

21 Agustus 2024   10:50 Diperbarui: 21 Agustus 2024   11:09 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Rocky Gerung di dalam tulisan yang membahas perempuan dan perdamaian, ia mengatakan bahwa perempuanlah yang melahirkan kehidupan, sehingga dengan melahirkan kehidupan maka ia mencintai kehidupan tersebut. artinya perempuan dan kehidupan adalah satu entitas yang tidak bisa kita pisahkan. Menurut penulis perempuan bukan hanya melahirkan kehidupan, namun perempuan adalah kehidupan itu sendiri. perempuan adalah perpanjangan tangan Allah untuk mewujudkan kehidupan di tengah-tengah dunia. 

Sedari dari awal ketika sang ibu mengandung, ia telah memberikan sebagian kehidupannya kepada sang anak, sang ibu membagi nutrisi dengan sang anak. Ini yang dikatakan oleh Rocky gerung bahwa perempuan dari awal telah menciptakan keadilan, ia membagi nutrisi secara adil kepada sang anak dan untuk dirinya sendiri. kemudian, ketika seorang anak lahir pertama kali ia mendapatkan nutrisi yaitu dari sang ibu, yakni melalui ari susu ibu (ASI). Jadi memang benar bahwa Allah memakai perempuan untuk menjadi sumber kehidupan di tengah-tengah dunia.

Menurut penulis peradaban sama halnya dengan kehidupan. Peradaban menunjukkan kualitas kehidupan. Kehidupan manusia tidak bisa kita sangkali bahwa ia akan terus maju. Kemajuan yang dialami oleh dunia saat ini, sangatlah signifikan, sekarang kita berada di era 5.0 yang maraknya dunia teknologi digital atau Artificial Intelligence (AI), namun kita terkadang melupakan bahkan tidak menyadari peran perempuan dalam hal ini, sehingga di dalam dunia sosial, politik, dan budaya yang berkaitan dengan peradaban saat ini. 

Maka yang terjadi penindasan terhadap perempuan, baik secara verbal dan non verbal bahkan perempuan selalu menjadi sang Liyan atau orang yang tidak bisa Ada melalui dirinya sendiri, melainkan diadakan oleh laki-laki, inilah yang menjadi diskursus dari feminis eksistensialis. Jadi perempuan dianggap yang melahirkan peradaban namun ditindas oleh peradaban.

Bagian awal, penulis telah mengatakan bahwa sedari awal perempuan sangat berperan penting dalam kehidupan. Artinya sedari awal perempuanlah yang berperan penting terhadap suatu peradaban, sehingga barangsiapa yang menindas perempuan ia tidak berhak menikmati peradaban ini. Secara logika kalau kita menindas perempuan maka kita menindas kehidupan, kalau kita menindas perempuan maka kita telah menindas peradaban, dan perbuatan atau tindakan tersebut adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang pengkhianat karena telah menindas sumbernya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun