Mohon tunggu...
D Wuala Tanggopu
D Wuala Tanggopu Mohon Tunggu... Administrasi - Murid

Murid kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ternyata Bahasa Melayu adalah Bahasa Resmi VOC Sejak Dulu

28 Mei 2012   14:11 Diperbarui: 18 Juni 2016   18:38 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1338214141155946591


[caption id="attachment_191196" align="aligncenter" width="419" caption="Batavia"][/caption]

Bahasa Indonesia yang kita gunakan sebagai bahasa nasional, adalah bahasa Melayu, semua orang tahu. Bahasa ini dipilih, demikian saya sering mendengar,karena bahasa ini sering digunakan untuk perdagangan terutama di pelabuhan-pelabuhan laut di seluruh nusantara, yang membuatnya lebih diketahui dan digunakan oleh banyak orang. Namun baru-baru ini saya membaca di sebuah buku berjudul Eksotisme Jawa, buah karya John Joseph Stockdale, pada halaman 10 dan 11, yang membuatku meragukan keterangan diatas. 

Disebutkan bahwa pada tahun 1767, Banten sudah takluk kepada Belanda. Selain diharuskan membayar upeti tahunan dan monopoli perdagangan lada asal Banten, Raja Banten juga tidak diberi wewenang untuk memilih penerusnya sendiri. Pada saat itu Mr. Ossenberg, kanselir umum Hindia berpidato mewakili VOC, sebagai duta agung menyampaikan pidato dalam rangka penunjukan pewaris tahta Banten. Yang mengejutkan adalah bahwa bahasa yang digunakan dalam pidato tersebut, secara eksplisit dikatakan dalam buku tersebut adalah bahasa Melayu,yang dibacakan oleh Mr. Ossenberg juga dalam bahasa Melayu. Setelah selesai pengangkatan, pidato tersebut kemudian dibacakan kembali oleh sang putra mahkota atas perintah sang komisaris, dalam bahasa Melayu, dihadapan sang raja, di hadapan semua bangsawan istananya, dan sejumlah pegawai Kompeni yang hadir pada saat itu. 

Nampaknya ketika itu bahasa resmi yang digunakan oleh VOC kepada orang Hindia Timur adalah bahasa Melayu. Dan merujuk petunjuk dalam buku tersebut, bahasa Melayu dapat digunakan dengan fasih oleh sang putra mahkota kerajaan Banten. Hal ini adalah penanda bahwa ketika itu bahasa Melayu mendapatkan tempat tersendiri dalam kehidupan sosial dan politik karena digunakan oleh VOC sebagai bahasa komunikasi resminya. 

Mengenai buku itu sendiri, yang diklaim sebagai buku pertama yang secara esensial menelaah pulau Jawa, merupakan tulisan kompilasi dari beberapa catatan yang mulanya diterbitkan setelah berita rencana invasi oleh pihak Inggris di India terhadap Jawa mencapai London, sebagai bahan pengetahuan dan rujukan orang Inggris mengenai pulau Jawa yang akan mereka kuasai. Edisi pertamanya diterbitkan di London pada bulan November atau awal Desember 1811dengan judul asli Island of Java, sebelum berita dikuasainya Jawa oleh Inggris tiba di London. Invasi pasukan Inggris ke Jawa tersebut berlansung singkat dan sukses. Sukses merebut Batavia pada 8 Agustus 1811, perang berlanjut sampai rekapitulasi penyerahan pulau Jawa kepada Inggris pada 16 September 1811.

Sumber: Stockdale, John Joseph; Eksotisme Jawa, Ragam Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat  Jawa; Progresif Book; 2010. Sumber foto: ini.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun