Ketika Pemerintah melalui Presiden SBY secara resmi menghimbau penghematan energi kepada seluruh rakyat Indonesia, ada dua dusun di Kab. Luwu Timur yang sejak dulu sudah mempraktikkannya. Karena mereka memang belum menikmati listrik dan BBM harus selalu mereka hemat. Jadi ketika mereka menyaksikan pidato tersebut lewat televisi yang dihidupkan dengan generator kecil berbahan bakar BBM, mereka hanya meringis. Dikhianati negara sendiri dan dibelakangi sebuah perusahaan besar yang tidak menganggap kehadiran mereka.
[caption id="attachment_191474" align="aligncenter" width="623" caption="Lioka & Tabarano"][/caption]
Dusun Lioka dan Dusun Tabarano adalah dua kampung yang masuk konstelasi wilayah terdampak operasi PT Inco (Sekarang PT Vale Indonesia Tbk). Karena itu, kedua dusun yang masuk dalam wilayah Kecamatan Towuti dan Wasuponda, Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan ini juga termasuk daerah pemberdayaan utama PT Inco.
Namun nahasnya kedua dusun ini tidak seberuntung yang lain. Saat yang lain bergelimang listrik dan cahaya lampu di malam hari, kedua dusun ini masih menggunakan pelita minyak tanah atau generator pribadi untuk dihidupkan beberapa jam setiap malam, yang sangat membebani karena mahalnya BBM.
Berbagai usaha mereka lakukan, dari memohon kepada PT Inco sampai menghadap ke PLN Palopo (ketika itu masih Kab. Luwu, dengan ibukota Palopo), sampai berhadapan dengan DPRD Luwu Timur.
Sempat pula mereka mendapat bantuan genset besar berbahan bakar BBM dari PT Inco, tetapi hanya digunakan singkat saja, terkendala bahan bakar dan keterbatasan masyarakat soal pendanaannya.
Ali Bastian Wuala, tokoh masyarakat Dusun Lioka mengatakan bahwa mereka telah berjuang sejak dulu dan mulai intensif sejak tahun 2004. Tuntutan utama mereka adalah perlakuan yang setara. Jika daerah-daerah di sekeliling mereka seperti Sorowako, Wasuponda, Wawondula, Matompi, Timampuu, Togo sampai Malili memdapatkan hibah listrik dari PT Inco yang dikelola PLN, mengapa mereka tidak? Segala fasilitas listrik di daerah ini memang di sediakan oleh PT Inco. Mulai dari sumber listriknya, sekarang ada total 3 (tiga) PLTA yang sudah dibangun oleh PT Inco, sampai gardu dan jaringan listriknya.
Dalam situs resminya, PT Inco mengklaim bahwa ada 5 MW yang dihibahkan kepada PLN untuk dikelola bagi masyarakat Luwu Timur dari sekitar 365 MW output total 3 (tiga) PLTA yang sudah dibangun. Namun sebuah artikel di situs online bisnis-kti.com menyebutkan bahwa baru ada 0.6 MW yang disalurkan kepada masyarakat dari 3 MW yang sudah dijanjikan oleh PT Inco.
Sejak tahun 1987, PT Inco sudah mulai membukukan keuntungan sebesar US$ 1 Juta. Pada tahun 1988 sebesar US$ 174 juta dan US$ 182 juta pada tahun 1989 (Tempo 24/3/1990). Berdasarkan laporan tahunan 2010, PT Inco sudah membukukan keuntungan bersih sebesar US$ 2.653 juta antara 2006 sampai 2010 saja. Keengganan untuk menghibahkan sebagian dari keuntungan tersebut adalah sepenuhnya hak PT Inco yang sudah mendapat restu dari Pemerintah Pusat, sekaligus selalu membayar sejumlah uang kepada Pemerintah Pusat sebagai royalti hasil bumi, sewa tanah dan pajak air. Keenganan karena memahami sejumlah uang sebesar kira-kira US$ 0.1 juta untuk penyediaan listrik di Dusun Lioka dan Tabarano tersebut adalah biaya bagi perusahaan yang notabene dikelola olehorang-orang Indonesia juga.
Ironi terbesar bagi masyarakat kedua dusun tersebut adalah karena jaringan sutet dari ketiga PLTA tersebut ke plant site di Sorowako melalui kedua dusun tersebut. Memandangi menara-menara listrik megah dan kabel-kabel menjuntai seakan mengejek keseharian mereka selama 44 tahun operasi PT Inco di tanah mereka.