“Manga Naruto sekarang menuju ke buku #3. Naruto adalah karakter yang berkembang secara perlahan dan dia masih sangat lemah!! Mental dan fisiknya masih sangat lemah!! Saya harus memberikan kepadanya lebih banyak ‘gunung’ yang harus didakinya! Sama seperti Naruto dan saya, mari bersemangat menantikan apa yang akan terjadi….yes!!”
Paragraf diatas adalah salah satu catatan yang diselipkan diakhir episode#2 oleh Masashi Kishimoto, sang pengarang. Catatan tersebut menjadi menarik karena ditulis melihat dari sudut pandang ‘tuhan’ kepada ciptaannya, yaitu sudut pandang pengarang kepada karakter rekaannya.
Catatan tersebut terbagi dua, pertama, kondisi saat ini Sang Karakter yang masih lemah dan kedua, janji Sang Pengarang untuk membuatnya bertumbuh dan berkembang lewat berbagai ‘gunung’ untuk didakinya.
Yang menarik adalah Sang Pengarang perlu untuk menuliskannya kepada pembaca manga tersebut, menegaskan bahwa tidak ada cara lain untuk berkembang dalam hidup kecuali melalui rintangan, masalah dan tantangan. Ini penting untuk digarisbawahi karena bagi Sang Pengarang tidak ada jalan pintas apapun untuk kemajuan. Untuk menjadi lebih baik tidak pernah ada jalan yang mudah.
Saya harus memberikan kepadanya lebih banyak ‘gunung’ yang harus didakinya
Naruto hanyalah karakter fiktif, yang tidak memiliki kesadaran seperti manusia, seperti saya, seperti kita, yang berarti tidak adanya kebebasan menentukan sikap dan sifat. Dia nyata hanya dalam dunia imagi sang pencipta dan penikmat karya seni ini.
Sama seperti novel dan cerpen, komik juga bercerita tentang hidup manusia atau refleksi kehidupan manusia, yang daya tariknya adalah koneksi dengan pikiran kita, dengan pandangan dan tanggapan kita terhadap hidup kita dan kehidupan yang kita alami.
Kadang kala kita menemukan kesamaannya atau pertentangan dengan kondisi hidup kita. Dan itulah yang menarik-narik nadir emosi kita untuk terikat dengan dengan karakter-karakter tertentu didalamnya. Dan itulah inti sebuah kisah. Kemampuan menyentuh hidup nyata orang-orang yang membuatnya menjadi laku dan digemari.
Dalam ‘kehidupan’ yang ditampilkan oleh Naruto, hal mendasar yang disampaikannya adalah hidup selalu dimulai dengan tujuan dan dijalani berdasarkan prinsip. Tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip itu diperlakukan bak hipotesa. Selalu diuji, konstan digembeng dan berlaku sebagai variabel. Berubah ataupun tetap adalah hasil interaksi antara segala hal yang terjadi nyata di luar dan pergumulan di dalam batin.
Rangkaiannya adalah siklus belajar-lakukan-evaluasi-tetapkan, kembali lagi ke belajar dan seterusnya. Setiap aksi yang berhasil akan menghasilkan penguatan terhadap tujuan dan prinsip dan setiap aksi yang tidak berhasil selalu menghasilkan evaluasi. Evaluasi terhadap diri sendiri, kekurangan, pelajaran lebarnya spasi antara itu dan tujuannya serta apakah tujuan tersebut realistis atau tidak, atau sesungguhnya tujuan dan atau prinsip tersebutlah yang salah.
Disinilah peran segala rintangan dan masalah hidup tersebut. Dia menjadi jalan untuk melakukan semua proses yang memungkinkan seorang individu untuk berkembang secara baik. Rintangan yang berlangsung di luar diri tersebut, menghasilkan proses di dalam pikiran dan mental seorang manusia. Hasilnya adalah reaksi dan tanggapan antara individu dan segala hal berlangsung dalam prosesnya: individu-individu lain, tujuan-tujuan, prinsip-prinsip, etos diri, dan lingkungan. Hasil dari tanggapan dan interaksi dalam diri itulah yang membuat keajaiban tercipta, yaitu perkembangan seorang individu.
Ini berarti ada banyak ujung dari perkembangan setiap karakter. Bagi Sang Pengarang manga tersebut, tujuan dan prinsip hiduplah yang menjadi nahkoda kemana perkembangan itu akan mengarah. Karakter protagonis akan semakin berkembang kearah pro-nya sementara karakter yang antagonis akan berkembang ke arah sebaliknya.
Mungkin hidup tidak pernah semudah cerita dalam manga tersebut, atau mungkin juga tak sesulit itu. Tetapi paling tidak, bagiku, Sang Pengarang ingin menunjukkan bahwa ada sebuah prinsip yang layak untuk dipegang sampai mati, yaitu semangat untuk tidak pernah menyerah. Prinsip yang dipegang teguh Sang Protagonis utama tersebut, dibawanya melalui segala rintangan hidup yang dilaluinya yang lewatnya dia berkembang semakin baik setiap waktunya. Inilah yang menarik perhatianku untuk menghidupkannya dalam dunia nyataku, bahwa hidup harus dijalani sepenuhnya! [h@nsdw]
(Wasuponda, 6/6/2012)