krupuk.....krupuk..... Itulah teriakan yang dilakukan oleh para pedagang untuk menjual krupuknya... Ada berbagai macam kerupuk yang pernah kita rasakan ,,dan rasanya semua krupuk tidak jauh beda rasanya tapi bagaimana bila kita coba krupuk bangka ditambah sambal khasnya... Tentunya ini menjadi cemilan yang enak saat kemacetan jakarta selalu menemani perjalanan baik saat kita dikendaraan umum atau mobil pribadi.tapi tidak berlaku di kendaraan bermotor..kecuali yang dibonceng. Banyak cara penjual krupuk bangka di jakarta ini ....tapi bagaimana bila yang berjualan seperti ini..... Di tempat tinggal saya ternyata sudah sangat banyak sekali wadah para tunanetra yang berjualan krupuk bangka...tentunya didaerah anda pasti juga sudah pernah menemuinya.. Antara terenyuh dan bangga melihat perjuangan mereka disaat pemerintah sibuk dengan " TOILET " nya.. Pemerintah memang tidak banyak memberikan ruang gerak bagi penderita tunanetra dan sulitnya lapangan pekerjaan untuk mereka walaupun dari mereka banyak yang berprestasi....Para penyandang tuna netra ini awalnya datang ke Jakarta untuk menjadi pemijat. Tahun 1995-1997, rata-rata para penyandang tuna netra bisa memijat sampai tujuh orang sehari. Beberapa tahun belakangan ini jumlah langganan pijat menurun hingga satu sampai dua orang sehari. Itu membuat mereka mencari sumber pendapatan lain. Menjual kerupuk menjadi pilihan karena tidak memerlukan proses memilih khusus. Apakah anda pernah membeli krupuk dari tunanetra ini...masalah harga pastinya mereka jujur dan soal rasa krupukpun sama mereka tidak berbohong...ya mereka tidak berbohong kepada dirinya bahwa mereka harus jujur untuk berjuang demi keluarganya untuk mengisi perut yang kosong dan biaya masa depan keturunannya...rasanya cukup bijak bila mereka memilih jalur krupuk ini ...daripada mereka berada di trotoar dengan mengadahkan tangan memohon belas kasihan dari sekitarnya... Rasanya saya harus belajar dari mereka untuk bertahan dari kehidupan yang keras ini.... Semoga mimpi mereka bisa menjadi kenyataan ...bahwa suatu saat kelak mereka diakui keberadaannya..karena itu sapalah mereka...arahkan kejalan yang benar bila mereka hampir terperosok ke gorong-gorong....dan jujurlah kepada mereka saat kita membeli krupuknya..... KRUPUK.....KRUPUK...... Entah karena kemampuannya beradaptasi atau sifat nrimo yang membuat pedagang tuna netra ini tidak mengeluhkan banyaknya kekurangan Jakarta sebagai sebuah kota. Tidak terpikir sama sekali bagi mereka untuk pulang kembali ke kampung halaman. “Jakarta bikin saya jadi keras. Jadi semangat ...KRUPUK.....KRUPUK.... Semangat juang seperti itu yang patut ditiru oleh kita-kita yang beruntung tidak punya cacat fisik, agar malu kalau terlalu banyak mengeluh dengan pekerjaan yang lebih baik dari menjual kerupuk keliling kota. Jika kita memang mampu tidak ada salahnya kita membantu orang-orang yang cacat fisik dengan memberi mereka pekerjaan yang baik dan layak agar mereka bisa seperti kita. Salut untuk para tuna netra penjual kerupuk keliling.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H