Mohon tunggu...
Agung Ariantadi
Agung Ariantadi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, trader

Saya merupakan penulis konten dan penerjemahan di berbagai platform sejak tahun 2020.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Apa yang Terjadi pada Shell?

14 Oktober 2022   07:23 Diperbarui: 14 Oktober 2022   07:29 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Invasi Rusia ke Ukraina, beberapa sanksi baru diberikan kepada Rusia, dan pembatasan yang dilakukan OPEC untuk memotong produksi minyak menjadi 2 juta barel per hari untuk menaikan harga sangatlah berdampak pada pergoncangan pada pasar minyak dan gas. Apa yang terjadi pada Shell, salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di Eropa sekarang?

Shell, mengatakan bahwa margin pada bisnis pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar minyak nyaris menjadi setengahnya, menyentuh keuntungan pada kuartal ketiga. Perdagangan gas dan minyak melambat, begitu pula keuntungan dari Shell. Sebelumnya, Shell telah dikritik karena mendapatkan keuntungan yang sangat besar ketika krisis sedang terjadi di seluruh dunia. Alasan yang mendasari dorongan kenaikan harga minyak dan gas disebabkan oleh perang di Ukraina. 

Shell mengatakan bahwa biaya pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar minyak dalam tiga bulan terakhir hingga akhir September sekitar $15 per barel, naik dari $28 di kuartal sebelumnya. Keadaan ini diprediksi akan berdampak pada pendapat yang didasarkan pada kuartal ketiga, bergerak di antara 1 miliar hingga 1,4 miliar dolar. Selain itu, bisnis kimia terdampak oleh penurunan permintaan plastik global: mulai dari $86 per ton di kuartal sebelumnya hingga lebih rendah $27 per ton pada 12 minggu terakhir.

Volatilitas dan perpindahan pasar merupakan alasan utama dari dampak terhadap keuntungan Shell, ucap perusahaan itu sendiri.   

“Bagaimanapun, Shell telah diuntungkan dari gelombang besar pada pasar energi di tahun 2022, ini bukanlah kekebalan dari perlambatan yang akan berdampak pada permintaan atas produk olahan minyak,” – kata direksi investasi AJ Bell, Russ Mould.

Saham Shell, berkembang lebih besar 30% pada tahun ini, sebelumnya menurun 4% pada periode perdagangan. Perlambatan momentum datang tepat setelah kepala gas dan energi terbarukan Shell, Wael Sawan, bersiap untuk mendapatkan jabatan sebagai direktur utama, menggantikan Ben van Beurden pada akhir tahun.

Van Beurden mengatakan pada minggu ini bahwa pemerintah mungkin akan mengenakan pajak perusahaan energi sebagai upaya untuk melindungi pihak termiskin dari tagihan yang melambung tinggi. Pemerintah mengenalkan pajak tak terduga pada perusahaan minyak dan gas yang beroperasi di Laut Utara lebih cepat pada tahun ini, tetapi menolak panggilan atas perluasan pada pengenaan pajak pada generator listrik.

Bargabung ke channel telegram Weltrade Indonesia di https://t.me/weltrade_id untuk informasi dan analisis pasar yang lebih lengkap lagi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun