Aku hanyalah rambut palsu, bisu dan pemalu
Walau aku terbuat dari rambut asli, tetap saja mereka memanggilku si rambut palsu, memikirkan itu membuatku terkekeh geli, terkadang ingin kutimpuk mereka yang memanggilku si rambut palsu dengan batu
ah sudah lah, tak penting
menjadi rambut palsu adalah tugas mulia, pengganti mahkota bagi manusia-manusia kurang percaya, atau hanya sekedar menambah gaya
rambut palsu adalah pengabdian, melindungi empunya dari makian. "dasar botak !" adalah kata yang sering diumpatkan, dibegitukan membuat pemilikku gundah gulana sedih berkepanjangan, bahkan kalau perlu sampai sesenggukan.
"Duh pikulun, kenapa... bagaimana... sebab musababnya hanya di kepalaku, tidak kumisku, atau janggutku, bahkan kalau perlu bulu ketek ku yang sirna tidak mengapa. Jangan yang di kepala?" batin tuanku pemilik rambut palsu
rambut palsu hanyalah seluas kepala, tidak jumawa, walau letaknya paling atas di tubuh manusia.
rambut palsu tahu, dia ada untuk menutupi kekurangan.
Namun manusia pemiliknya yang sering jumawa, jabatan hanya sementara, sama seperti tumbuhnya rambut di kepalanya. Jabatan tidak dibawa mati sama seperti rambutnya yang sudah tidak ada lagi.
Rambut oh rambut. Beda rambut palsu dengan rambutan, rambutan bisa dimakan. Tetapi kalau ketahuan memakai rambut palsu bisa ditertawakan.
Ah sudah lah. Rambut palsu pun beringsut turun, lelah berjaga diatas sana. Terkena debu dan panas tidak membuatnya lelah.