Mohon tunggu...
Wahyu Satriyo Wicaksono
Wahyu Satriyo Wicaksono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Komentator pun harus punya data, karena kasihan yang dikomentarin. twitter @wsatriyow website : bataminenglish.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[100Puisi]Kisah Rambut Palsu

17 Februari 2016   21:20 Diperbarui: 17 Februari 2016   21:34 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku hanyalah rambut palsu, bisu dan pemalu

Walau aku terbuat dari rambut asli, tetap saja mereka memanggilku si rambut palsu, memikirkan itu membuatku terkekeh geli, terkadang ingin kutimpuk mereka yang memanggilku si rambut palsu dengan batu

ah sudah lah, tak penting

menjadi rambut palsu adalah tugas mulia, pengganti mahkota bagi manusia-manusia kurang percaya, atau hanya sekedar menambah gaya

rambut palsu adalah pengabdian, melindungi empunya dari makian. "dasar botak !" adalah kata yang sering diumpatkan, dibegitukan membuat pemilikku gundah gulana sedih berkepanjangan, bahkan kalau perlu sampai sesenggukan.

"Duh pikulun, kenapa... bagaimana... sebab musababnya hanya di kepalaku, tidak kumisku, atau janggutku, bahkan kalau perlu bulu ketek ku yang sirna tidak mengapa. Jangan yang di kepala?" batin tuanku pemilik rambut palsu

rambut palsu hanyalah seluas kepala, tidak jumawa, walau letaknya paling atas di tubuh manusia.

rambut palsu tahu, dia ada untuk menutupi kekurangan.

Namun manusia pemiliknya yang sering jumawa, jabatan hanya sementara, sama seperti tumbuhnya rambut di kepalanya. Jabatan tidak dibawa mati sama seperti rambutnya yang sudah tidak ada lagi.

Rambut oh rambut. Beda rambut palsu dengan rambutan, rambutan bisa dimakan. Tetapi kalau ketahuan memakai rambut palsu bisa ditertawakan.

Ah sudah lah. Rambut palsu pun beringsut turun, lelah berjaga diatas sana. Terkena debu dan panas tidak membuatnya lelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun