Teman saya Widya yg pada awalnya hanya memotong lontong separuh saja ...sedikit demi sedikit habis satu lontong. "Duuuh enak banget, gue nggak mau berhenti nihh. Baru sekali ini makan opor nggak eneg tapi segerrrr pedas. " Buka cuma Widya saya juga nggak mau berhenti mengunyah ikan ayam. Sayangnya saya cuma pesan 5 untuk yang dimakan, padahal masih kurang. BAhkan tulangnya juga empuk padahal ini ayam Jawa bukan ayam ras. Mau pesan lagi sudah habisss ...whoaaaa!!! Selera saya terpuaskan dan tidak menyesal harus buru-buru berangkat ke Kapuan untuk sebuah kelezatan yang tak terlupakan.
Saya mencoba mencari rahasia lain dari opor yang segar ini. Selain di masak di atas tungku dengan kayu jati, hal lainnya adalah opor ini pedas dan ditaburi dengan cabai merah rawit utuh seperti cabai di dalam sayur kerecek (kurupuk kulit). Kelezatan lainnya, santannya tidak pecah karena terus diaduk sampai selesai memasak. SAntan yang tidak pecah ini menjadi kenikmatan sendiri karena santan jadi tetap encer tanpa kehilangan kenikmatan kuah kaldu ayamnya. Buat saya ini kenangan tersendiri. Kenangan memanjakan lidah saya. Yang mencengangkan harganya tidak mahal. SAtu potong ayam Rp. 9.000 dan satu lontong Rp. 1.000. Harga yang ringan untuk sebuah rasa yang tiada tara. Minumnya ....bisa menenggak bersama bir tekek (bir cekik) alias minum dari kendi yang dipegang batang lehernya dan langsung menuang air dari pucuknya.... glek ...glekk ...segar. Mau coba ...silakan datang ke sana dan jangan lupa pesan. Saya ??? Pasti datang kembali untuk seporsi lontong opor yang mampu menggoyang jiwa!!!(***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H