Benarkah demikian? Ini adalah perenungan ku semalam sebelum tidur, dan sebenarnya aku ingin menuliskan ini semalam tapi udah ngantuk, jadi pagi ini sebelum berangkat ke kampus aku coba tuliskan. Kebenarannya tergantung dari pembaca dalam menyimpulkan tulisan ini bagaimana. Umur kita itu ada yang untuk kita sendiri dan ada umur kita untuk orang lain.
Kita selalu menjau umur tersebut hanya dilihat dari kelahiran dan kematian. Misalnya, jika si fulan lahir tahun 2000 dan meninggal tahun 2010, maka umur si fulan hanya sepuluh tahun. Dan itu sudah memang ketentuan Allah, kematian tidak dapat dimajukan atau dimundurkan. Sebagaimana terdapat dalam QS Al A’raf: 34 yang artinya: “Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”
Ketentuan tersebut berlaku bagi umur si fulan tersebut. Jadi, itu berlaku untuk dirinya sendiri, yang sudah sitentukan oleh Allah swt kapan ajal menjemputnya. Itu adalah benar, karena tidak ada satu pun manusia yang menunda atau mempercepat kematiannya. Dia tidak akan mati sebelum ajal yang ditentukan.
Umur kita yang kedua yaitu umur kita untuk orang lain. Umur kita untuk orang lain bisa jadi berkurang atau bahkan bisa jadi bertambah dan tidak pernah mati. Hal ini sngat terkait dengan perbuatan kita. Umur kita akan panjang jika kita bisa menyambung tali silaturahmi dan dan meninggalkan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dan umur kita jadi pendek di mata orang jika kita berbuat yang tidak baik dan mewriskan sebuah keburukan. Orang tidak akan pernah mengenang kita.
Nabi Muhammad sudah meninggal dunia ribuan tahun yang lalu, namun ajaran beliau masih tetap hidup dikenang dan dijadikan panduan ummat Islam sampai saat ini, karena beliau mewariskan peninggalan yang baik. Coba seandainya, misalnya ada seorang penjahat atau pembunuh yang mati misalnya dikeroyok massa, pasti sebagian orang akan ada yang berkata seperti ini, kok nggak dari dulu aja ya dia mati. Berarti orang sudah menganggap dia mati, dan tidak berarti.
Ada kata-kata yang mengatakan, sebaik-baiknya warisan adalah ilmu. Ilmu yang bermanfaat akan dipakai orang untuk kebaikan, dan pewaris ilmu ini akan dikenang orang sepanjang masa, dan namanya akan selalu hidup. Supaya kita bisa hidup sepanjang masa, mari kita wariskan ilmu yang bermanfaat bagi generasi kita selanjutnya.
wsitorus, 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H